Bisnis.com, JAKARTA - Hingga saat ini masih ada masyarakat yang menganggap terpapar Covid-19 sebagai hal yang tidak perlu disampaikan ke orang lain.
Bahkan, kalau bisa, hal itu disembunyikan sedalam mungkin.
Anggapan itu muncul salah satunya dari kekhawatiran mereka yang terpapar disisihkan dalam pergaulan dan lingkungan sosial.
Padahal, dengan terbuka, pihak lain yang selama ini menjalani kontak erat bisa segera memeriksakan diri. Mereka bisa memastikan apakah juga terpapar Covid-19 atau sebaliknya.
Dengan keterbukaan penderita Covid-19, tracing atau penelusuran juga akan semakin mudah dilakukan petugas kesehatan. Dengan begitu, rantai penularan Covid-19 bisa segera dipangkas.
Tracing adalah proses mencari dan memantau pihak yang kontak dengan orang yang terinfeksi Covid-19 (kontak erat) yang bertujuan memutus rantai penularan Covid-19 di masyarakat.
"Tracing dilakukan oleh petugas (tracer) seperti petugas kesehatan, maupun elemen masyarakat (satlinmas, Babinsa, Bhabinkamtibmas, kader karang taruna, PKK, dan relawan lainnya) yang telah mendapatkan pelatihan," demikian keterangan di laman Covid19.go.id.
Dengan paparan di atas menjadi jelas mengapa kita harus terbuka jika terpapar Covid-19.
Intinya, menjaga agar orang lain tidak terpapar Covid-19 merupakan salah satu cara untuk menekan penyebaran pandemi ini.
Penderita yang tidak jujur mengakui dirinya terpapar Covid-19 justru membahayakan orang lain juga lingkungan sekitar.
Kasus di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini menjadi salah satu contoh nyata.
Sebanyak 16 warga Desa Girisekar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terpapar Covid-19. Hal itu bermula dari ketidakjujuran salah seorang warga saat membantu tetangga yang sedang hajatan.
Kepala Desa Girisekar, Kecamatan Panggang Sutarpan di Gunung Kidul, Jumat (11/6/2021), mengatakan klaster hajatan ini berawal dari salah seorang warga yang bekerja sebagai buruh bangunan di luar kota pulang dengan gejala batuk dan pilek.
"Saat itu yang bersangkutan memeriksakan diri di sebuah klinik di Kecamatan Panggang. Di klinik tersebut, yang berangkutan dites antigen ternyata positif Covid-19. Namun, yang bersangkutan tetap membantu warga yang mengadakan hajatan sebagai tukang cuci piring. Yang bersangkutan tidak jujur, sehingga menyebabkan orang terpapar Covid-19," kata Sutarpan.
Ia mengatakan, warga tersebut terkonfirmasi COVID-19 tersebut juga memeriksakan kesehatannya kembali di sebuah rumah sakit di Kecamatan Playen. Namun, yang bersangkutan tetap tidak mengatakan jika dirinya didiagnosa Covid-19 sebelumnya. Akibatnya, petugas medis mendiagnosa orang tersebut terkena typus.
"Setelah pulang, ia mengabarkan kepada masyarakat dirinya sakit typus. Selain itu, yang bersangkutan tetap membantu tetangganya yang sedang hajatan," katanya.
Sutarpan mengatakan kasus terungkap ketika petugas medis memberitahu yang bersangkutan terkonfirmasi positif kepada warga dan pemerintah desa. Kemudian, petugas langsung melakukan penelusuran (tracking) dengan melalukan tes usap PCR dan tes cepat antigen. Hasilnya, ada 16 orang yang terkonfirmasi positif dari hajatan tersebut.
"Saat ini masih ada 45 orang warga sedang menunggu hasil tes usap dan mereka melakukan isolasi mandiri. Dari 16 orang yang positif, dua masuk rumah sakit. Sisanya isolasi mandiri," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawaty mengatakan beberapa pekan terakhir di Gunung Kidul muncul beberapa klaster yang menyebabkan tingginya penambahan kasus harian terkonfirmasi Covid-19.
Klaster yang muncul di Gunung Kidul yakni klaster pabrik tas Bandung, klaster dengok, klaster hajatan Panggang, dan klaster pondok pesantren.
"Kami berharap masyarakat mematuhi protokol kesehatan dengan baik, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan," katanya.
Jadi, jika Anda terpapar Covid-19, sungguh mulia jika Anda terbuka dan mengabari kepada saudara, teman, atau kenalan tentang situasi yang sedang Anda hadapi.
Jaga kesehatan Anda, juga lindungi kesehatan orang lain.
#ingatpesanibu, #sudahdivaksintetap3m, #vaksinmelindungikitasemua