Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjelasan Satgas soal Efektivitas Vaksin Lawan Corona Varian Delta

Disiplin menerapkan protokol kesehatan hingga vaksinasi Covid-19 harus terus dilakukan karena pada prinsipnya virus akan terus bermutasi selama masih ada media penularan.
Ilustrasi petugas kesehatan mempersiapkan vaksin Covid-19./Antara
Ilustrasi petugas kesehatan mempersiapkan vaksin Covid-19./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito memastikan bahwa efektivitas vaksin Covid-19 yang digunakan Indonesia masih berada di atas 50 persen guna menangkal virus Corona baik yang telah bermutasi maupun tidak.

“Apakah vaksin yang ada di sini memiliki efektivitas yang masih tinggi atau tidak, tentunya secara keseluruhan sekarang masih memiliki. Karena efektivitas di atas 50 persen masih terpenuhi dan penelitian lebih lanjut akan terus dilakukan serta dimonitor," kata dalam konferensi pers, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/6/2021).

Selain penelitian tentang keampuhan vaksinasi, dia juga menyampaikan bahwa penelitian terkait asal virus dan arah penyebarannya juga terus dilakukan.

Adapun, hingga saat ini Indonesia telah menggunakan tiga jenis vaksin Covid-19 yang sudah disuntikkan ke masyarakat yaitu Sinovac dari China, AstraZeneca dari Inggris dan Sinopharm untuk program vaksinasi Gotong Royong.

Lebih lanjut, Wiku juga mengingatkan bahwa antisipasi perlu dilakukan oleh semua pihak seperti disiplin menerapkan protokol kesehatan hingga vaksinasi karena pada prinsipnya virus akan terus bermutasi selama masih ada media penularan.

"Pada prinsipnya setiap virus pasti akan mengalami mutasi karena dalam rangka untuk survival-nya dan proses mutasinya ini bisa berlangsung terus-menerus apabila potensi untuk menularnya tersedia atau penularannya tetap terjadi," ungkapnya.

Yang terkini, keberadaan virus Corona varian Delta dari India yang ditemukan di Indonesia menjadi sorotan dan alarm untuk masyarakat agar lebih waspada.

Banyak pakar kesehatan telah menyampaikan bahwa varian ini lebih cepat menular jika dibandingkan dua mutasi virus lainnya yang berasal dari Afrika dan Inggris.

Bahkan, Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban mengatakan bahwa varian delta yang sangat menular ini telah bermutasi membentuk varian delta plus atau AY.1.

“Diketahui, Delta Plus ini tahan terhadap terapi antibodi monoklonal yang baru saja disahkan di India. Semoga kita terhindar dan bisa memitigasinya,” cuit Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban melalui akun Twitter @ProfesorZubairi, Selasa (15/6/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper