Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Beredar Kabar Gempa M 8,7 dan Tsunami 29 Meter, Ini Penjelasan BMKG

Potensi bencana dalam skenario model terburuk itu tidak hanya diterapkan pada wilayah Jawa Timur, tetapi di banyak wilayah termasuk Sumatra, Lombok hingga Sumba.
Ilustrasi - Pemasangan alat pendeteksi tsunami BUOY di sekitar perairan Gunung Anak Krakatau. Foto: @bppt_ri
Ilustrasi - Pemasangan alat pendeteksi tsunami BUOY di sekitar perairan Gunung Anak Krakatau. Foto: @bppt_ri

Bisnis.com, JAKARTA - Kabar soal kemungkinan gempa dengan magnitudo 8,7 dan tsunami setinggi 29 meter di Selatan Jawa masih beredar di Internet.

Padahal, pihak BMKG sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya soal potensi tersebut. 

Dengan kata lain, kalau ada informasi bahwa warga diminta mulai menyiapkan diri untuk mengantisipasi adanya gempa bumi magnitudo 8,7 dan tsunami setinggi 29 meter warga belum mencernanya dengan cermat.

Apalagi sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dan tsunami.

Terkait kabar tersebut, BMKG pun pernah menyampaikan penjelasan dengan menekankan apa yang disampaikan adalah potensi gempa. 

Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengimbau masyarakat tidak panik atas informasi model skenario terburuk dengan potensi gempa di Selatan Jawa Timur yang bisa mencapai 8,7 magnitudo dan menimbulkan Tsunami.

Melalui akun Twitter resminya, Jumat (4/6/2021) pukul 05.48 WIB, Daryono memberikan penjelasan terkait info tsunami Jatim yang disebutnya menyebabkan kegaduhan. Dia menegaskan bahwa BMKG merilis informasi itu sebagai model skenario terburuk untuk merancang mitigasi.

Dia mengingatkan bahwa hal itu bukan prediksi dengan waktu presisi terjadinya gempa. Model skenario terburuk yang dirilis BMKG itu seharusnya direspons dengan mitigasi, bukan kepanikan.

"Gaduh tsunami Jatim, sebenarnya masy tdk perlu panik krn model skenario trburuk itu dibuat utk merancang mitigasi. Kpn tjdnya jg tdk ada yg tahu," tulisnya di Twitter.

Daryono menambahkan potensi bencana dalam skenario model terburuk itu tidak hanya diterapkan pada wilayah Jawa Timur, tetapi di banyak wilayah termasuk Sumatra, Lombok hingga Sumba.

"Jd respon mitigasi yg dinanti bkn kepanikan, potensi itu sama utk semua wil Sumatra, Jawa, Bali, Lombok hgg Sumba, bukan Jatim saja," ungkap Daryono.

Seperti diketahui, dalam webinar bertajuk Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur yang dihelat pada 28 Mei lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kembali memaparkan model skenario terburuk itu dalam rangka meningkatkan mitigasi pemda dan pemangku kepentingan lainnya.

Dia mengatakan ada peningkatan aktivitas gempa di kawasan Jawa Timur dalam lima tahun terakhir. Peningkatan aktivitas itu terutama dalam bentuk gempa kecil.

"Jawa Timur itu mengalami peningkatan gempa-gempa kecil, sebelum terjadinya gempa yang 6 Magnitudo kemarin [awal April 2021]. Kami sudah curiga sejak akhir tahun," ujarnya dalam webinar tersebut.

Oleh karena itu, Kepala BMKG mengatakan pihaknya sejak awal tahun melakukan survei. Hasilnya, aktivitas gempa meningkat menjadi rata-rata 600 kali sebulan pada 2021 dari sebelumnya rata-rata 300-400 kali. 

Dwikorita menjelaskan peningkatan aktivitas gempa kecil seperti itu umumnya diikuti oleh gempa dengan magnitudo besar. 

"Kami susuri pantai dari Jawa Timur sampai Selat Sunda. Dari catatan sejarah, gempa di atas 7 M dan dengan skenario terburuk itu diprediksi bisa terjadi 8,7 M. Ini bisa membangkitkan tsunami, sehingga kami cek kesiapan aparat setempat, pemda setempat, dan sarana prasarana evakuasi bila terjadi tsunami," jelasnya.

Dwikorita menambahkan berdasarkan catatan sejak 2008, ada sejumlah zona kosong di antara sekian ratus titik gempa di wilayah Selatan Jatim. Zona kosong yang disebut gap seismik itu, kata dia, dikhawatirkan menjadi potensi gempa karena belum melepaskan energi.

"Inilah yang kami jadikan skenario, kami ambil kemungkinan magnitudo tertinggi, kemungkinan 8,7 M. itu untuk memprediksi kejadian tsunami, ketinggian ombak, jarak masuknya...Bukan berarti kepastian ada gempa, tetapi ada tren peningkatan gempa-gempa kecil yang biasanya mengawali gempa besar," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : BMKG/Bisnis.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper