Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos WHO Kesal, Negara Penghasil Vaksin Covid-19 Kurang Perhatikan Negara Miskin

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, negara produsen harus lebih memperhatikan pentingnya fasilitas Covax, program vaksin WHO yang berjuang untuk menyebarkan vaksin ke negara-negara miskin.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. /Bloomberg
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Demi keadilan global, WHO meminta sejumlah negara penghasil vaksin Covid-19 tidak memakai vaksin Covax dulu atau menyumbangkan separuh dari volume produksi mereka demi program pemerataan vaksin global.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, negara produsen harus lebih memperhatikan pentingnya fasilitas Covax, program vaksin WHO yang berjuang untuk menyebarkan vaksin ke negara-negara miskin.

Tedros menyampaikan kekesalannya, karena beberapa negara miskin tidak dapat mengimunisasi petugas kesehatan, orangtua dan populasi lain yang paling rentan terhadap penyakit Covid-19 yang parah.

Pada sisi lain, beberapa negarasetelah membeli pasokan vaksin, malah besiap untuk mulai memvaksinasi anak-anak, katanya.

Padahal, di negara miskin masih banyak kelompok rentan.

Tedros menyerukan upaya global besar-besaran untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi semua negara pada bulan September, dan setidaknya 30 persen pada akhir tahun seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (8/6/2021).

Langkah itu akan membutuhkan tambahan 250 juta dosis pada bulan September dan 100 juta dosis pada bulan Juni dan Juli saja.

"Akhir pekan ini, para pemimpin G7 akan bertemu untuk pertemuan puncak tahunan mereka," kata Tedros kepada wartawan.

Dia mengatakan tujuh negara tersebut memiliki kekuatan untuk memenuhi target tersebut.

"Saya menyerukan kepada G7 untuk tidak hanya berkomitmen berbagi dosis, tetapi berkomitmen untuk membagikannya pada bulan Juni dan Juli mendatang," katanya.

Covax didirikan untuk memastikan distribusi vaksin yang adil, terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah. WHO telah mengirimkan lebih dari 80 juta dosis ke 129 negara. Akan tetapi, dibutuhkan 200 juta dosis.

Agar vaksin memenuhi syarat untuk Covax, vaksin tersebut harus disetujui oleh WHO dan diberi status daftar penggunaan daruratnya.

Sejauh ini, badan kesehatan PBB itu telah memberikan lampu hijau untuk vaksin yang dibuat oleh AstraZeneca, Johnson & Johnson, Moderna, Pfizer-BioNTech, Sinopharm dan Sinovac.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper