Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO Ungkap Fakta Penyebab Krisis Covid-19 di India

Kasus virus Corona baru di India tetap di atas 300.000 selama enam hari berturut-turut hingga tadi malam. Hal ini disebabkan oleh perpaduan rendahnya vaksinasi, pertemuan massal, dan varian virus yang lebih menular.
Seorang pasien dengan gangguan pernapasan berbaring di dalam mobil sambil menunggu untuk masuk rumah sakit COVID-19 untuk perawatan di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) di Ahmedabad, India, Kamis (22/4/2021). /Antara-REUTERS
Seorang pasien dengan gangguan pernapasan berbaring di dalam mobil sambil menunggu untuk masuk rumah sakit COVID-19 untuk perawatan di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) di Ahmedabad, India, Kamis (22/4/2021). /Antara-REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA--Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan gelombang infeksi Covid-19 di India merupakan hasil perpaduan antara dari “badai” pertemuan massal, varian yang lebih menular, dan tingkat vaksinasi yang rendah.

Kasus virus Corona baru di India tetap di atas 300.000 selama enam hari berturut-turut hingga tadi malam. Sedangkan angkatan bersenjatanya telah menjanjikan bantuan medis darurat untuk membantu memerangi lonjakan infeksi yang membuat pasien membanjiri rumah sakit dan krematorium atau pusat pembakaran mayat.

WHO dilaporkan telah memasok peralatan dan pasokan penting ke India, termasuk 4.000 konsentrator oksigen, yang hanya membutuhkan sumber energi, kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (28/4/2021).

Korban tewas di India sekarang mendekati angka 200.000, sementara rumah sakit yang tidak memiliki pasokan oksigen yang cukup dan tempat tidur menolak pasien virus Corona.

“Saat ini, sebagian dari masalahnya adalah banyak orang yang bergegas ke rumah sakit  meskipun pemantauan perawatan di rumah dapat dikelola dengan sangat aman,” kata Jasarevic.

Kurang dari 15 persen orang yang terinfeksi Covid-19 membutuhkan perawatan di rumah sakit dan yang membutuhkan oksigen, tambahnya.

Pusat komunitas seharusnya menyaring dan melakukan pengelompokan pasien serta memberikan nasihat tentang perawatan di rumah yang aman, sementara informasi juga harus disediakan melalui hotline atau dasbor, katanya.

"Seperti yang terjadi di negara mana pun, WHO menyatakan kombinasi pelonggaran protokol kesehatan, pertemuan massal dan varian yang lebih menular serta cakupan vaksin masih rendah dapat menciptakan badai yang sempurna," katanya.

Pada sisi lain, krisis itu juga telah menyebabkan beberapa negara melarang penerbangan dari India termasuk Kanada, Belgia dan Uni Emirat Arab.

Australia pada Selasa juga menangguhkan semua penerbangan penumpang langsung dari India hingga 15 Mei, menurut Perdana Menteri Scott Morrison.

Sememtara itu, pasokan medis penting mulai mencapai India sejak kemarin. Pengiriman dari Inggris, termasuk 100 ventilator dan 95 konsentrator oksigen, tiba di ibu kota, New Delhi meskipun juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan Inggris tidak memiliki kelebihan dosis vaksin Covid-19.

Prancis mengirim delapan pabrik penghasil oksigen besar minggu ini, sementara Irlandia, Jerman dan Australia mengirimkan konsentrator oksigen dan ventilator, kata seorang pejabat kementerian luar negeri India.

Kereta "Oxygen Express" tiba New Delhi dengan membawa sekitar 70 ton oksigen dari negara bagian timur, tetapi krisis belum mereda di kota berpenduduk 20 juta orang yang menjadi episentrum gelombang infeksi paling mematikan di dunia itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper