Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang dan AS Desak China Percepat Aksi Iklim

Pengendalian polusi udara China dapat secara langsung memengaruhi kesehatan dan masyarakat dunia.
Asap membubung dari cerobong-cerobong asap sebuah pabrik pemanas di Jilin, China/Reuters
Asap membubung dari cerobong-cerobong asap sebuah pabrik pemanas di Jilin, China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Jepang mendesak China untuk mempercepat upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, menggemakan seruan dari Amerika Serikat menjelang pembicaraan iklim global akhir bulan ini.

“Penting bagi negara-negara demokratis untuk memiliki satu suara untuk mendorong China agar lebih proaktif,” kata Menteri Lingkungan Jepang Shinjiro Koizumi mengatakan pada KTT BloombergNEF di New York, dilansir Kamis (15/4/2021).

Dia melanjutkan pengendalian polusi udara China dapat secara langsung memengaruhi kesehatan dan masyarakat dunia.

Hal itu adalah beberapa kritik paling keras terhadap kebijakan hijau China sejak Presiden Xi Jinping mengumumkan tahun lalu targetnya untuk menjadi netral karbon pada 2060, satu dekade lebih lambat dari tanggal yang dijanjikan oleh negara-negara ekonomi utama lainnya, termasuk Jepang.

Komentar Koizumi muncul setelah utusan iklim AS John Kerry mengatakan pada Januari bahwa target netral karbon Beijing perlu disempurnakan. Kerry dijadwalkan mengadakan pembicaraan di Shanghai minggu ini untuk membahas ambisi iklim dengan mitranya dari China, Xie Zhenhua.

Para pemimpin dari 40 negara akan menghadiri KTT iklim virtual yang diselenggarakan oleh Presiden AS Joe Biden pasa 22-23 April yang bertujuan menggalang upaya untuk berkomitmen pada target mitigasi gas rumah kaca yang lebih ambisius.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga diprediksi akan mengumumkan target pengurangan emisi pada 2030 yang lebih ambisius pada acara tersebut, setelah tahun lalu berjanji untuk menjadi netral karbon pada 2050.

Koizumi mengatakan Jepang akan memperkuat komitmen 2030 berdasarkan Perjanjian Paris, tetapi diskusi sedang berlangsung dan rincian pastinya belum diputuskan.

“Tujuan kami adalah untuk menetapkan target 2030 yang ambisius. Tujuan yang direvisi akan diumumkan secepat mungkin sebelum pembicaraan iklim COP26 yang dijadwalkan berlangsung pada November," katanya.

Negara ini juga mempertimbangkan penerapan rezim penetapan harga karbon, yang dapat mencakup sistem perdagangan emisi atau pajak pembatasan.

Koizumi mengesampingkan pertanyaan tentang apakah Jepang bertujuan untuk meningkatkan ketergantungan pada tenaga nuklir. Rencana negara untuk melepaskan air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Dai-Ichi telah dikritik oleh tetangga termasuk China, Korea Selatan dan Taiwan.

China diketahui adalah penghasil emisi terbesar di dunia dan bertanggung jawab atas hampir 30 persen emisi gas rumah kaca global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper