Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ilmuwan Dorong Kerja Sama AS dan China untuk Temukan Asal Virus Corona

Ilmuwan China mengaku belum menemukan inang reservoir setelah satu tahun bekerja keras meneliti virus Corona. Oleh karena itu, China mendorong kerja sama dengan AS.
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada 2011./Antara/HO-China Daily
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada 2011./Antara/HO-China Daily

Bisnis.com, JAKARTA - Dua ilmuwan China menyarankan kerja sama negara itu dengan Amerika Serikat untuk menemukan inang hewan dari virus Corona yang menyebabkan pandemi Covid-19.

Berbicara di webinar yang diadakan oleh Brookings Institution, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China George Gao Fu dan pakar pernapasan terkemuka China Zhong Nanshan juga meminta kedua negara untuk bekerja sama dalam mempercepat produksi dan distribusi vaksin.

“Kami mengira mungkin ada inang reservoir,” kata Gao, dilansir South China Morning Post, Selasa (2/3/2021). Inang reservoir adalah istilah ilmiah untuk hewan yang membawa virus parasit dan merupakan sumber penularan bagi manusia.

Dia melanjutkan, setelah satu tahun bekerja keras, tim ilmuwan belum menemukan inang reservoir itu.

"Selain itu, kami tidak dapat menemukan host perantara. Makanya kita harus mendalami ilmu tentang asal muasal virus. Untuk itu, China dan AS perlu bekerja sama," katanya.

Seruan untuk kolaborasi China-AS oleh dua ilmuwan yang berafiliasi dengan pemerintah China itu, mengikuti misi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Wuhan untuk mencari asal-usul Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, pada Februari lalu.

AS,m mengatakan tidak akan menerima temuan WHO tanpa verifikasi independen menggunakan intelijennya sendiri dan berunding dengan sekutu. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan bahwa China tidak menawarkan transparansi yang diinginkan AS.

Zhong, seorang dokter pernapasan terkemuka yang menasihati pemerintah China, mengatakan dia berharap kolaborasi seperti yang dilakukan antara Universitas Sun Yat-sen Guangzhou dan Ian Lipkin, seorang ahli epidemiologi di Universitas Columbia, dapat membantu mengidentifikasi inang hewan.

“Jika kita bisa menghentikan jalur penularan ini [dengan mengidentifikasi hewan reservoir], itu akan [membantu mencegah] epidemi berikutnya dari virus Corona yang sama," kata Zhong.

Lipkin, yang memiliki reputasi sebagai pemburu virus, melakukan perjalanan ke China pada Februari tahun lalu untuk menyelidiki inang hewan Sars-CoV-2. Dalam sebuah wawancara pada Maret tahun lalu, Zhong mengatakan proyek itu dipolitisasi oleh pemerintahan Trump.

Lipkin, yang juga berbicara di webinar tersebut, mengatakan dia berharap pemerintahan Biden akan membuat kolaborasi sains AS-China lebih mudah; sebagai satu contoh, dia menyebutkan kebutuhannya sendiri untuk mendapatkan lisensi ekspor untuk peralatan yang dibutuhkan untuk proyek dengan Universitas Sun Yat-sen.

“Dengan pemerintahan baru ini, saya yakin kita memiliki posisi yang lebih baik untuk bekerja sama, seperti yang kita lakukan di masa lalu,” katanya.

Pemulihan Hubungan

Gao mengatakan Washington dan Beijing harus menggunakan kolaborasi kesehatan masyarakat sebagai cara untuk mengatur ulang hubungan mereka, karena area tersebut lebih mudah untuk memulai daripada yang lain.

Kedua negara dapat bekerja sama untuk menyumbangkan lebih banyak vaksin ke Fasilitas Covax, mekanisme distribusi global yang dipimpin oleh WHO, untuk memastikan akses vaksin yang setara bagi negara-negara berkembang, katanya.

Zhong mengatakan bahwa AS dan China juga dapat bekerja sama dalam meneliti vaksin yang menargetkan varian baru Covid-19.

“Kita harus mempercepat produksi semua vaksin, dan menyiapkan jenis vaksin baru yang sensitif terhadap varian. Penting bagi kami untuk bekerja sama karena penahanan tidak bisa bertahan lama," ujarnya.

Zhong mengatakan vaksinasi di China masih tertinggal dari banyak negara Barat. Sejauh ini, hanya 3,56 dosis yang telah diberikan untuk setiap 100 orang. China sedang berupaya untuk meningkatkan tingkat itu menjadi 40 dosis yang diberikan kepada setiap 100 orang pada akhir Juni.

Wu Zunyou, seorang ahli epidemiologi di CDC China, mengatakan bahwa pembebasan perjalanan AS-China harus dipertimbangkan ketika Paman Sam mencapai kekebalan kelompok melalui vaksinasi.

Namun, para ilmuwan mengatakan, akan sulit memberantas Covid-19, yang mungkin kembali dari waktu ke waktu seperti flu.

“Pengalaman saya dengan virus corona adalah sangat sulit untuk diberantas, itu akan bersama kita untuk waktu yang lama dan seperti flu, kita akan melihat penyakit yang semakin parah,” kata Lipkin.

Adapun, Gao mengatakan bahwa dia yakin situasinya akan relatif membaik pada pertengahan 2022.

“Menurut saya, kita tidak pernah bisa senormal sebelumnya, tetapi kita bisa kira-kira normal pada musim panas tahun depan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper