Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, genap setahun Covid-19 melanda Indonesia. Sejumlah strategi dan kebijakan telah dilancarkan pemerintah untuk melawan wabah tersebut.
Selama setahun perjalanan penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah, saat ini telah sampai pada tahap vaksinasi guna mencapai kekebalan massa atau herd immunity.
Untuk mencapai herd immunity, pemerintah menargetkan sekitar 70 persen dari total populasi penduduk Indonesia atau sekitar 181,5 juta orang akan divaksin Covid-19.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menargetkan vaksinasi Covid-19 kepada sekitar 181,5 juta penduduk ini harus bisa dirampungkan hanya dalam kurun satu tahun.
Demi menjamin kelancaran program vaksinasi nasional, Jokowi menjadi orang yang pertama disuntik vaksin Covid-19. Hal itu dilakukan untuk menjamin keamanan vaksin dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.
Tidak hanya itu saja, Jokowi juga turun langsung meninjau proses vaksinasi di lapangan. Pertama, pada 4 Februari 2021, Kepala Negara hadir dan melihat proses vaksinasi massal terhadap tenaga kesehatan di Istora Senayan, Jakarta.
Tenaga kesehatan memang diketahui menjadi kelompok pertama yang diprioritaskan mendapatkan vaksin Covid-19. Kemenkes menargetkan vaksinasi tahap pertama dilakukan terhadap total 1,5 juta tenaga kesehatan hingga akhir Februari 2021.
Setelah tenaga kesehatan, vaksinasi Covid-19 tahap kedua menyasar tenaga publik seperti pedagang pasar dan yang lainnya, hingga masyarakat berusia lanjut (lansia).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa total target vaksinasi Covid-19 tahap kedua ini mencapai 38,5 juta orang dengan perincian sekitar 21,5 juta lansia dan hampir 17 juta petugas publik.
“Orang-orang ini 38,5 juta itu, kalau dikali dua mesti ada 77 juta suntikan. Itu kita targetkan selesai di Juni [2021]," katanya kemarin dalam acara vaksinasi untuk petugas sektor pariwisata dan transportasi.
Pada 17 Februari 2021, Jokowi yang didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau langsung proses vaksinasi tahap kedua bagi para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Masih dalam rangkaian vaksinasi tahap kedua, pada 24 Februari 2021, Presiden ke-7 RI meninjau proses penyuntikkan vaksin Covid-19 terhadap tenaga pendidik dan kependidikan di SMA 70, Jakarta.
“Dan targetnya pada bulan Juni nanti 5 juta guru, tenaga pendidik dan kependidikan semuanya insyaallah sudah bisa kita selesaikan,” katanya saat itu.
Keesokan harinya, Kamis (25/2/2021), mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta hadir dan menyaksikan proses vaksinasi terhadap sekitar 5.500 awak media di Senayan, Jakarta.
Terbaru, pada Senin (1/3/2021) kemarin, Kepala Negara bertolak ke Yogyakarta dengan salah satu agenda meninjau proses vaksinasi kepada pedagang pasar dan pekerja sektor informasi di Pasar Beringharjo dan Malioboro.
Pasokan Vaksin
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi di Tanah Air, pemerintah telah berupaya mengamankan pasokan vaksin Covid-19 dari sejumlah produsen dunia.
Bertepatan setahun wabah Covid-19 melanda Indonesia, pemerintah kembali mendatangkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku dari Sinovac, China. 10 juta bahan baku vaksin tersebut baru mendarat hari ini, Selasa (2/3) di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Dengan tambahan 10 juta dosis bahan baku vaksin yang tiba hari ini, maka total vaksin yang sudah diterima Indonesia hingga saat ini adalah 38 juta dosis baik dalam bentuk jadi maupun bahan baku.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono menyampaikan bahwa 10 juta bahan baku vaksin Sinovac yang telah tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang ini selanjutnya akan diolah oleh PT Bio Farma (Persero) hingga menghasilkan sekitar 8 juta dosis vaksin Covid-19.
“Hari ini kita kedatangan 10 juta bulk vaksin. Bulk ini adalah materi dasar vaksin yang nanti akan dibuat oleh Bio Farma menjadi sekitar 8 juta [dosis] vaksin,” kata Dante dalam keterangan pers, Selasa (2/3/2021).
Adapun, kedatangan vaksin hari ini menjadi tahap kelima setelah vaksin pertama kali tiba pada 6 Desember 2020 sebanyak 1,2 juta dosis.
Lalu, kedatangan vaksin tahap 2 terjadi pada 31 Desember 2020 tepatnya tengah malam sebelum penggantian tahun. Saat itu, sebanyak 1,8 juta dosis didatangkan ke Tanah Air.
Pada 12 Januari 2021, sebanyak 15 juta dosis vaksin Sinovac didatangkan dari China atau menjadi tahap ketiga dari total 140 juta dosis Sinovac yang rencananya akan didatangkan pada tahun ini.
Sementara pada tahap keempat, sebanyak 10 juta dosis vaksin dan yang kelima atau pada hari ini 10 juta dosis vaksin telah didatangkan.
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin Covid-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO - Dhemas Reviyanto
Adapun, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa ada 4 jenis vaksin Covid-19 yang masih dan diupayakan kedatangannya, antara lain Novavax (50 juta dosis), AstraZaneca (50 juta dosis), dan Pfizer (50 juta dosis) dan CoronaVac dari Sinovac (140 juta dosis).
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Senin (1/3/2021) jumlah orang yang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis pertama mencapai 1.720.523 orang, sedangkan penerima vaksin dosis kedua mencapai 1.002.218 orang.
Seperti diketahui, pemerintah telah memulai program vaksinasi Covid-19 tahap kedua dengan sasaran petugas layanan publik dan lansia.
Menkes BGS menyatakan bahwa total target vaksinasi Covid-19 tahap kedua ini mencapai 38,5 juta orang dengan perincian sekitar 21,5 juta lansia dan hampir 17 juta petugas publik.
"Orang-orang ini 38,5 juta itu, kalau dikali dua mesti ada 77 juta suntikan. Itu kita targetkan selesai di Juni," kata Menkes, Minggu (28/2/2021).
Menkes menyebut Indonesia beruntung bisa mendapatkan vaksin lebih dulu dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Bahkan, negara tetangga Malaysia pun baru mendapatkan vaksin beberapa hari lalu.
Belum Sesuai Harapan
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai proses vaksinasi Covid-19 di Tanah Air masih on track alias berjalan sesuai rencana.
“Program vaksinasi kita sudah on track ya walaupun ada variasinya dengan tetap warna-warni arah penguatan pemulihan ekonomi ini memang masih belum bisa ditinggalkan oleh Indonesia, tapi setidaknya bobotnya masih besar di public health-nya, yaitu kelompok yang harus dilindungi atau diprioritaskan,” kata Dicky kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Kendati masih dalam jalur, Dicky tidak menampik bahwa kecepatan vaksinasi atau vaccination rate oleh pemerintah masih belum sesuai dengan harapan yakni berkisar 1 persen selama sebulan atau 0,3 persen dari total populasi yang sudah divaksinasi.
Guna mempercepat tercapainya kekebalan massa tersebut, Presiden Jokowi pun diketahui telah merestui program Vaksinasi Gotong Royong yang diinisiasi kalangan pelaku usaha.
Program tersebut memungkinkan swasta membeli vaksin Covid-19 yang kemudian disuntikkan kepada karyawannya.
Menanggapi rencana tersebut, Dicky menyampaikan bahwa program Vaksinasi Gotong Royong tidak akan secara signifikan mempercepat tercapainya herd imunnity.
“Kalau bicara soal herd immunity itu sesuatu yang long term. Jangankan vaksin gotong royong, vaksinasi nasional saja untuk mencapai herd immunity itu luar biasa lamanya,” ujarnya.
Apalagi, imbuhnya, skema program tersebut bukanlah benar-benar gotong royong tetapi justru memborong vaksin hanya untuk kepentingan karyawan perusahaannya saja.
Menurutnya, vaksinasi Covid-19 harus dilakukan berdasarkan kelompok yang memang diprioritaskan sehingga mendukung tujuan penanganan pandemi yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19
“Artinya ada potensinya kalau mau program vaksinasi mandiri dilakukan untuk mendukung itu, asal skemanya tepat,” imbuhnya.
Dicky mengusulkan, selain membeli vaksin untuk karyawannya, perusahaan juga harus berkontribusi bagi warga di sekitar untuk juga divaksinasi dalam public private partnership melalui CSR.
“Itu yang dimaksud gotong royong, jadi dia tidak hanya memikirkan bisnisnya saja tapi lingkungan di sekitarnya juga diperhatikan,” ujarnya.