Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

5 Fakta Vaksin Nusantara: Digagas Terawan, Dikritik Epidemiolog

Vaksin Nusantara digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai pro-kontra. Berikut 5 fakta Vaksin Nusantara.
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19. Salah satu vaksin buatan dalam negeri yang sedang disiapkan untuk uji teknis tahap II, yaitu Vaksin Nusantara / Antara
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19. Salah satu vaksin buatan dalam negeri yang sedang disiapkan untuk uji teknis tahap II, yaitu Vaksin Nusantara / Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin Nusantara dikabarkan telah memasuki tahap uji klinis tahap II. Informasi tersebut langsung menjadi perhatian publik.

Vaksin Nusantara merupakan buatan dalam negeri di samping Vaksin Merah Putih. Vaksin Nusantara digagas oleh beberapa pihak, antara lain Universitas Diponegoro, Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, dan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Namun, munculnya wacana pembuatan Vaksin Nusantara justru menuai pro-kontra di masyarakat. Lantas, bagaimana perkembangan Vaksin Nusantara? Apa saja faktor penghambat vaksin tersebut? Berikut 5 Fakta Vaksin Nusantara yang Perlu Anda Ketahui:

1. Digagas Eks Menkes Terawan
Seperti diketahui Vaksin Nusantara digagas Terawan saat masih menjabat sebagai Menkes. Sebelumnya, Terawan mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo agar Indonesia bisa memproduksi vaksin secara mandiri.

Dalam pengembangan vaksin ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc di California, Amerika Serikat dan melibatkan peneliti dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, dan Universitas Diponegoro Semarang dan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

5 Fakta Vaksin Nusantara: Digagas Terawan, Dikritik Epidemiolog

2. Antibodi Seumur Hidup
Vaksin Nusantara diklaim bisa memproduksi kekebalan tubuh yang memberikan perlindungan seumur hidup. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 untuk Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengatakan bahwa klaim ini tetap harus menunggu hasil uji klinis.

Vaksin ini akan dibuat menggunakan sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih, yang kemudian dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2. Oleh karena itu, vaksin akan bersifat individual dan tidak bisa disuntikkan secara massal seperti yang dilakukan saat ini.

Saat ini, Vaksin Nusantara sudah selesai melalui uji klinis tahap I dan akan lanjut ke tahap uji klinis II. Selain diklaim bisa memunculkan antibodi seumur hidup, Vaksin Nusantara juga disebut aman untuk segala usia, sehingga bisa digunakan juga untuk anak-anak di bawah 17 tahun sampai usia di atas 60 tahun serta penderita penyakit penyerta.

3. Harga Rp140.000
Vaksin Nusantara disebut bakal memiliki harga lebih murah. Anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara Yetty Movieta Nency menyebutkan harga satu dosis Vaksin Nusantara hanya sekitar US$10 bila telah diproduksi massal. Dengan demikian harga satu dosis itu setera Rp140.044, bila menggunakan kurs Rp14.004,41 per US$.

Menurut Yetty, harga Vaksin Nusantara lebih murah karena biaya produksi yang hemat. Vaksin Nusantara tergolong aman, kata Yetty, lantaran tak ada tambahan ajufan maupun komponen binatang. Hal tersebut sekaligus meyakinkan masyarakat terhadap status halal vaksin Covid-19.

4. Dikritik Epidemiolog
Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono ragu dengan Vaksin Nusantara yang saat ini sedang dikembangkan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk melawan virus SARS-CoV-2.

Menurutnya, Vaksin Nusantara yang dikembangkan Dokter Terawan bukan sebuah vaksin Covid-19. Namun, lebih kepada metode yang biasa dipakai mengobati kanker. Pandu menilai Terawan memaksakan keinginannya dalam pengembangan Vaksin Nusantara dengan kewenangannya sebagai Menkes saat itu.



5. Transparansi Data
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mempertanyakan Vaksin Nusantara dapat menciptakan antibodi seumur hidup.

Dia bahkan menilai para ahli dunia pun belum bisa menjawab ketahanan vaksin antibodi Moderna, Sinovac, atau Pfizer. Dia mengungkapkan hal tersebut melalui akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi.

"Mana buktinya? Data uji klinis fase duanya saja belum ada, apalagi fase tiga. Jadi, jika mau bicara klaim, tentu harus dengan data. Harus dengan evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung," tulis @ProfesorZubairi.

6. Didukung Politisi

Politisi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad memberikan dukungan terhadap proses pengembangan Vaksin Nusantara tersebut. Setali tiga uang, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengapresiasi upaya tersebut. Dia pun berharap proses pembuatan vaksin tersebut segera rampung dan siap digunakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper