Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBY Kembali Dizolimi? Demokrat Tanggapi Marzuki Alie dan Hasto Kristiyanto

Partai Demokrat membuka GPK PD ke publik sebagai bahan pembelajaran bersama bagi partai-partai politik lain, karena ini bisa saja terjadi pada partai politik lain.
SBY dan Megawati Soekarnoputri./Antara
SBY dan Megawati Soekarnoputri./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Adu pernyataan soal isu kudeta Partai Demokrat terus bergulir setelah sejumlah tokoh partai mengeluarkan pendapat, termasuk mengungkap kejadian-kejadian di masa lampau yang menyeret nama petinggi negeri.

Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie mengungkapkan pernyataan SBY yang menyebut Megawati kecolongan dua kali saat Pilpres 2004. Saat itu Megawati mencalonkan diri sebagai presiden bersama Hasyim Muzadi sebagai wakilnya, namun mereka kalah dari pasangan SBY-JK.

Adapun Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut pengakuan Marzuki Alie itu menjadi bukti bahwa sejak awal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang memiliki desain pencitraan tersendiri. Pasalnya, pada tahun 2004, SBY bertindak seakan-akan sebagai sosok yang dizolimi.

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan pelaku Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD) masih saja mencoba untuk menyebar fitnah dan tuduhan tak berdasar dimana-mana. Mungkin karena mereka frustasi gerakannya gagal, padahal salah satu pelakunya adalah orang lingkar dalam kekuasaan.

"Pertanyaan besar kemudian mengemuka tatkala Pak Marzuki Alie yang sebelumnya selalu mengklaim tidak terlibat GPK PD, mengapa ikut-ikutan menyebar tuduhan dan informasi yang tidak dapat diverifikasi, selain oleh Pak Marzuki Alie sendiri?" ujarnya dalam pernyataan tertulis.

Sejak awal kami sampaikan, Partai Demokrat membuka GPK PD ke publik sebagai bahan pembelajaran bersama bagi partai-partai politik lain, karena ini bisa saja terjadi pada partai politik lain, dan gerakan ini merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum pejabat penting negara yang berbahaya bagi demokrasi.

Kami, dalam berbagai pernyataan di publik selalu menegaskan, kalau ini bukan AHY versus Bapak Presiden Joko Widodo, dan bukan pula biru melawan merah, apalagi Ibu Megawati dan Bapak SBY. "Ini adalah perjuangan melawan penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power, yang dilakukan oleh oknum pejabat penting negara, yang mengancam dan merusak demokrasi kita," tegasnya.

Karena itu, kami minta setiap pihak untuk tidak mencoba mengadu domba Bapak SBY dan Ibu Megawati, ataupun mengadu domba Partai Demokrat dan PDIP. Beliau-beliau, Bapak SBY, Ibu Megawati, selaku putra-putri terbaik bangsa yang pernah dipercaya memimpin negeri ini, sudah sepantasnya kita tempatkan di posisi terhormat. Tidak malah kita bawa-bawa dan adu domba untuk kepentingan pribadi, apalagi segelintir orang yang tidak bermartabat.

Partai Demokrat meminta setiap pihak mengedepankan data dan fakta dalam berbicara. Tidak menebar tuduhan tidak berdasar dan fitnah maupun pernyataan yang tidak bisa diverifikasi secara obyektif. Rakyat sedang susah, jangan kita malah menambah beban dan pikiran rakyat dengan menyebar berita hoax dan fitnah.

Mari kita fokuskan energi kita, untuk memperjuangkan harapan rakyat. Mari kita bantu kesulitan rakyat, semampu kita, yang sedang dilanda bencana di berbagai pelosok Indonesia, maupun yang terdampak pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper