Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kudeta Myanmar, Jam Malam Diberlakukan

Demonstrasi itu terjadi sehari setelah pejabat PBB Tom Andrews mengungkapkan kekhawatirannya atas laporan tentara yang diangkut ke Yangon.
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer
Seorang biksu Buddha memegang tanda berdiri di samping kendaraan lapis baja saat protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Minggu (14/2/2021)./Antara/Reuters-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Puluhan ribu demonstran membanjiri jalan-jalan di kota terbesar Myanmar hingga tadi malam dalam salah satu protes terbesar yang pernah terjadi terkait kudeta, sementara itu PBB mengingatkan bahwa militer sedang merencanakan tindakan keras.

Di Yangon, pengunjuk rasa berbaris membawa poster yang menyerukan agar pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi dibebaskan dari penahanan. Sedangkan pendemo yang lain berpura-pura mengalami masalah mobil dan meninggalkan kendaraan mereka dengan membhka kap mesin. Tujuannya untuk mencegah gerakan pasukan keamanan mencapai lokasi demonstrasi.

Unjuk rasa besar juga diadakan di kota terbesar kedua negara itu, Mandalay, dan ibu kota Naypyitaw. Warga tidak peduli dengan perintah yang melarang pertemuan lima orang atau lebih. Bahkan, sebagai mereka melanggar pemberlakukan jam malam mulai pukul 8 hingga pagi.

Seorang pengendara mobil, yang tidak mau disebutkan namanya karena takut menjadi sasaran, menjelaskan secara gamblang bahwa mobilnya mogok, karena penderitaan yang dialami rakyat kita sekarang.

“Kami hanya menghentikan mobil di sini di jalan untuk menunjukkan bahwa kami tidak menginginkan rezim militer,” katanya.

Demonstrasi itu terjadi sehari setelah pejabat PBB Tom Andrews mengungkapkan kekhawatirannya atas laporan tentara yang diangkut ke Yangon. Gerakan tersebut sebelumnya mendahului pembunuhan, penghilangan dan penangkapan massal.

“Saya takut mengingat pertemuan dari dua perkembangan ini antara protes massal yang direncanakan dan jumlah pasukan. Kita bisa berada di posisi berbahaya di mana militer melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar,” ujar Tom dalam sebuah pernyataan seperti dikutuip ChannelNewsAsia.com, Kamis (18/2/2021).

Hingga tadi malam, belum ada laporan tentang kekerasan besar pada protes tersebut. Akan tetapi penduduk Mandalay melaporkan mendengar suara tembakan sekitar satu jam setelah dimulainya jam malam pada pukul 8 malam saat puluhan polisi dan tentara memasuki lingkungan yang menampung pekerja kereta api negara.

Laporan serupa tentang penembakan dan tindakan agresif lainnya di beberapa kota juga muncul sejak minggu lalu.

Buruh kereta api bisa jadi sasaran karena sudah menyatakan dukungannya terhadap gerakan protes dan melakukan penghentian pekerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper