Bisnis.com, JAKARTA - Ongkos pengiriman kargo peti kemas semakin memuncak, didorong oleh permintaan yang kuat untuk ekspor China. Selain itu, kekurangan kapal juga menjadi faktor yang memicu naiknya biaya angkut.
Freightos Baltic Global Container Index (FBX), yang melacak biaya pengiriman peti kemas, telah naik hampir empat kali lipat untuk rute China-Eropa sejak awal November menjadi US$ 7.827 pada Jumat pekan ini.
Pembacaan FBX untuk peti kemas dari China menuju pantai barat Amerika Serikat hampir tiga kali lipat sejak akhir Mei menjadi US$ 4.286.
"Biaya pengiriman barang dari China ke Eropa melalui air telah mencapai titik tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata ekonom UniCredit Bank Andreas Rees, dilansir Channel News Asia, Minggu (7/2/2021).
Hal itu karena permintaan melambung untuk produk manufaktur China, terutama peralatan medis selama keadaan darurat kesehatan global, juga untuk barang-barang konsumen.
"Pertama, permintaan barang medis yang diproduksi di China meningkat tajam. Kedua, dan mungkin yang lebih penting, konsumen telah mengalokasikan kembali permintaan mereka," kata Rees.
Baca Juga
Alih-alih pergi ke restoran dan bepergian, lanjutnya, konsumen cenderung membeli barang-barang yang lebih tahan lama seperti peralatan elektronik, furnitur, dan lakn-lain.
Hal itu berdampak pada permintaan kapal kontainer raksasa yang mengangkut barang dalam jumlah besar dari pembangkit tenaga listrik Asia tersebut.
"Biaya pengiriman peti kemas melonjak dari Asia, tidak hanya ke Inggris tetapi ke sebagian besar tujuan pengiriman dari China dan Asia," kata analis Braemar Jonathan Roach.
Namun demikian, pandemi juga memicu penurunan 4,1 persen dalam perdagangan maritim dunia tahun lalu, menurut perkiraan terbaru dari Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD). Selain itu, terjadi kemacetan telah di seluruh sektor karena langkah-langkah penerapan protokol kesehatan yang ketat di pelabuhan, pusat logistik, dan depot penyimpanan di seluruh dunia.
Sehingga waktu penyelesaian antara bongkar muat kapal kontainer dan pengembalian telah meningkat secara signifikan. Hal itu semakin membatasi ketersediaan kapal.
"Kami memperkirakan ketidakseimbangan ini (antara penawaran dan permintaan) akan terus berlanjut sementara pembatasan Covid-19 yang ketat tetap berlaku," imbuh Roach.
Sementara itu, kenaikan biaya transportasi dapat mempengaruhi harga konsumen yang lebih tinggi dan memicu kekhawatiran di antara bank sentral global, yang terus mengawasi peningkatan tekanan inflasi.
“Masih ada pertanyaan apakah dan sejauh mana perusahaan dapat memberikan harga yang lebih tinggi kepada konsumen,” kata Rees.
Namun mengenai prospek, Roach tetap optimistia karena dorongan vaksinasi Covid-19 global yang terus meningkat.
"Kami mengharapkan pengeluaran [konsumen] menjadi normal karena peluncuran vaksin semakin cepat - dan koreksi pada peralihan pengeluaran akan menormalkan permintaan pengiriman. Kami memperkirakan hal itu akan terjadi menjelang pertengahan 2021," katanya.