Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepala BMKG: Tahun 2020 Tahun Terpanas Kedua Sepanjang Sejarah

Kondisi ini mirip dengan perubahan suhu global sebagaimana dilaporkan World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020.
Kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran Jakarta Pusat./bmkg
Kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran Jakarta Pusat./bmkg

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan  Meteorologi  Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, bahwa perubahan  iklim  global adalah  nyata dan  berdampak  pada  peningkatan  frekuensi  dan  intensitas  kejadian  ekstrem,  baik berupa  kejadian  cuaca  atau  hujan ekstrem,  iklim  ekstrem, ataupun  kejadian  anomali  iklim  global seperti La Nina dan El Nino.

Dikutip dari keterangan tertulis BMKG, Dwikorita  menyebut, bahwa tahun  2020  merupakan  tahun  terpanas  kedua  di sepanjang  sejarah,  setelah  tahun  2016  (anomali  +0,80  derajat  Celcius),  mengungguli  tahun  2019 (anomali  +0,60  derajat  Celcius). 

Kondisi  ini  mirip  dengan  perubahan  suhu  global  sebagaimana dilaporkan World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020.

Adapun, menurut Herizal,  Deputi  Klimatologi  BMKG,  bahwa  BMKG  mencatat  perubahan iklim jangka panjang telah terjadi di Indonesia dengan beberapa indikator sebagai berikut: tren konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang diukur di udara bersih (background) Indonesia pada Stasiun Pemantau  Atmosfer  Global  (Global  Atmosphere  Watch-GAW)  BMKG  Bukit  Kototabang, menunjukkan  laju  peningkatan  konsentrasi  karbon  dioksida  (CO2),  metana  (CH4),  nitrous  oksida (N2O),  dan  sulfur  heksafluorida (SF6) berturut-turut sebagai berikut:  1,6 ppm/tahun, 0,089 ppm/tahun, 0,012 ppm/tahun, dan 0,000004 ppm/tahun.

Hasil pengukuran CO2 pada Stasiun GAW BMKG Bukit  Kototabang  menunjukkan tren peningkatan CO2 yang sama dengan Stasiun  GAW lainnya di dunia,  seperti di Mauna Loa, Hawaii dan Baring Head, Selandia  Baru. 

Awal  pengukuran GRK  background di Indonesia, pada tahun 2004,  kata Herizal, konsentrasi  CO2  di  Stasiun  GAW  BMKG Bukit Kototabang  adalah  372  ppm  (baseline),  selanjutnya  hasil    pengukuran  pada akhir bulan  Oktober 2020,  konsentrasi  CO2  di  GAW  Bukit  Kototabang  telah  meningkat  menjadi  408  ppm,  sementara rerata global adalah 415 ppm.

“Analisis  perubahan  suhu  udara  rata-rata  untuk  seluruh  wilayah  Indonesia  selama  71  tahun terakhir  (1948 –2019)  menunjukkan  laju  peningkatan  suhu  sebesar0,030  derajat  Celcius/tahun,” katanya dikutip dari keterangan tertulis BMK, Senin (1/2/2021).

Berdasarkan  data  dari  91  stasiun  pengamatan  BMKG,  suhu  udara  rata-rata  tahun  2020  adalah 27,30 derajat Celcius, lebih panas dibanding normal suhu udara rata-rata periode 1981-2010 yaitu 26,60 derajat Celcius.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper