Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Hadapi Tantangan Berat Sebelum Cabut Status Darurat Covid-19

Perdana Menteri Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo dan daerah pada 7 Januari 2021. Namun, pembatasan kali ini dinilai tidak sekuat sebelumnya sehingga efektivitasnya diragukan.
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Jepang masih setengah jalan dalam penerapan status darurat Covid-19. Pemerintah Jepang baru akan memeriksa efektivitas kebijakan tersebut minggu depan.

Para ahli akan melihat untuk menentukan apakah negara itu dapat dengan cepat kembali normal seperti yang terjadi setelah keadaan darurat serupa musim semi lalu, atau malah berisiko terseret ke dalam pembatasan yang panjang.

Perdana Menteri Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo dan daerah pada 7 Januari 2021. Suga meminta penduduk Jepang untuk menghindari keluar rumah setelah jam 8 malam.

Bar dan restoran diperintahkan untuk tutup guna mengatasi lonjakan kasus yang mengkhawatirkan. Meskipun keadaan darurat ditetapka hingga 7 Februari 2021 dan telah diperluas, ada kemungkinan hal itu dapat diperpanjang dan diperluas lagi.

Saat mengumumkan keadaan darurat awal bulan ini, Suga mengindikasikan perlu waktu dua minggu agar efeknya muncul dalam jumlah infeksi harian.

Setelah penetapan status darurat tersebut, ada indikasi bahwa pertumbuhan yang terlihat pada infeksi baru tampaknya setidaknya telah berkurang.

Kasus harian Tokyo turun di bawah 1.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua minggu pada Minggu (24/1/2021).

Hitoshi Oshitani, seorang profesor virologi di Universitas Tohoku dan anggota panel penasehat pemerintah, mengatakan para ahli di Jepang akan melihat level sebelum Natal sebagai patokan untuk menentukan dampak dari tindakan yang diambil.

"Saya tidak yakin apakah kita masih akan melihat beberapa tren peningkatan atau stabilitas atau tren penurunan jumlahnya," katanya kepada Bloomberg News. “Kami harus menunggu hingga pertengahan minggu depan untuk melihat trennya.”

Kemungkinan perpanjangan sedang dibahas, dengan keputusan kemungkinan akan didasarkan pada angka minggu ini, menurut laporan FNN pada hari Jumat (23/1/2021). Perpanjangan kemungkinan akan berlangsung selama satu bulan lagi, menurut laporan itu.

Pakar kesehatan masyarakat telah meragukan apakah tindakan selama sebulan akan cukup - terutama mengingat keadaan darurat pertama, yang menyerukan pembatasan yang lebih luas dan diberlakukan ketika kasus harian berada pada tingkat yang jauh lebih rendah. Saat itu, pembatasan berlangsung selama enam minggu.

Politisi dari partai Liberal Democratic Party (LDP) Yasutoshi Nishimura adalah salah satu pejabat yang mengeluhkan fakta bahwa keadaan darurat kedua tidak memiliki dampak yang sama seperti yang pertama, terutama pada pergerakan orang, karena seruan untuk pembatasan kali ini jauh lebih ringan. Menurutnya, area yang ditetapkan saat ini harusnya dapat diperluas lebih lanjut, tergantung pada infeksi.

Dengan ribuan kasus harian, rumah sakit yang merawat pasien virus Corona di Jepang semakin penuh. Tempat tidur yang tersedia dan keadaan sistem medis di antara faktor-faktor akan diperiksa pemerintah sebelum memutuskan untuk mencabut keadaan darurat. Kasus serius Covid-19 di Jepang meningkat tiga kali lipat sejak pertengahan November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper