Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peretasan Lembaga AS, Joe Biden Dikabarkan Ingin Balas Rusia

Joe Biden, Presiden AS terpilih, dkabarkan tengah mempertimbangkan opsi untuk merespons peretasan antara lain dengan sanksi finansial hingga balasan serupa, peretasan. 
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA - Salah seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat mengklaim bahwa Joe Biden, Presiden AS terpilih, tengah mempertimbangkan sejumlah opsi untuk merespons peretasan besar-besaran ke lembaga pemerintah.

Aksi peretasan itu diyakini telah dilakukan oleh Rusia. Opsi yang dipertimbangkan mulai dari pemberian sanksi finansial hingga balasan serupa yaitu peretasan. 

Joe Biden dilaporkan memang sengaja meminta respons yang tegas. Menurut salah seorang pejabat pemerintah yang mengetahuinya, langkah itu diambul untuk memberikan efek jera dan dampak ekonomi terhadap pelaku peretasan serta penyokongnya.

Kendati begitu, pejabat pemerintah itu mengatakan Joe Biden juga menimbang apa dampak respons tersebut terhadap hubungan Amerika - Rusia.

"Tindakan apapun, termasuk membalas serangan siber, diciptakan untuk mencegah atau bahkan menghilangkan potensi peretasan serupa di kemudian hari," ujar pejabat tersebut, yang enggan disebutkan namanya.

Seperti diketahui, isu peretasan tersebut bermula dari laporan Reuters yang mengatakan peretas Rusia membajak sistem developer piranti lunak SolarWinds Corps untuk membobol pertahanan lembaga-lembaga yang memakai produknya. Gawatnya, pemakai produk SolarWinds Corp kebanyakan adalah lembaga pemerintah.

Pembobolan dilakukan dengan memasukkan kode berbahaya ke file pembaharuan SolarWinds Corp yang rutin dikirim ke pelanggannya. Dianggap sebagai pembaharuan biasa, kode-kode itu dengan mulus masuk ke sistem lembaga pemerintahan Amerika yang memungkinkan peretas untuk mengambil alih dari jauh.

Skala dari peretasan itu masih ditelusuri hingga sekarang. Menurut Microsoft, dari 40 lembaga yang diretas, 80 persen di antaranya adalah milik Amerika. Beberapa yang kebobolan adalah Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Energi.

Inkumben Presiden Amerika Donald Trump menganggap peretasan yang terjadi tidak separah yang dikatakan banyak orang. Menurutnya, media saja yang membesar-besarkan kabar itu. Ia bahkan mengklaim situasinya masih terkendali dan pelaku peretasan kemungkinan adalah Cina dan bukan Rusia.

Joe Biden, pada Kamis lalu, sudah mengatakan bahwa dirinya akan mengambil tindakan soal peretasan tersebut. Pelaku, kata ia, akan diminta pertanggungjawaban. Namun, saat itu, Joe Biden hanya menimbang opsi sanksi, bukan balasan serupa. "Mereka akan dimintai pertanggungjawaban lewat sanksi finansial, baik untuk individu maupun lembaga," ujar Joe Biden.

Pakar keamanan siber dari Pusat Kajian Strategis dan International (CSIS), James Andrew Lewis, berharap Joe Biden serius dengan ucapannya dan tidak mengambil langkah simbolis. Sebab, kata ia, hal itu tidak akan ada gunannya. Selain itu, Joe Biden juga disarankan berkoordinasi dengan para negara sekutunya dan mulai mempelajari lingkup intelijen Amerika sebelum mengambil keputusan. "Mereka perlu membuat Rusia tahu bahwa Amerika akan membalas," ujar Lewis.

Juru bicara tim transisi Joe Biden, hingga berita ini ditulis, belum memberikan komentar secara detil. Sebagai catatan, Joe Biden sempat tertinggal dalam hal intelijen di Amerika karena transisi ke pemerintahannya terhalang upaya hukum Donald Trump. Seharusnya, sejak menang Pilpres Amerika, ia sudah menerima laporan intelijen harian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper