Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fenomena Hujan Es Viral di Media Sosial, Apa Penyebabnya?

Kejadian tersebut menjadi sorotan atau viral di media sosial. Misalnya hujan es yang terjadi di Gunung Slamet diunggah oleh akun Instagram Gunung Slamet (@slametmountain). BMKG ungkap penyebab hujan es.
Fenomena langka hujan es terjadi di Gunung Slamet, Jawa Tengah / Instagram : @slametmountain
Fenomena langka hujan es terjadi di Gunung Slamet, Jawa Tengah / Instagram : @slametmountain

Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena hujan es terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Hujan yang jatuh ke bumi bukan berbentuk air pada umumnya, tetapi butiran es tercatat turun di kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Gunung Slamet, Jawa Tengah.

Kejadian tersebut menjadi sorotan atau viral di media sosial. Misalnya hujan es yang terjadi di Gunung Slamet diunggah oleh akun Instagram Gunung Slamet (@slametmountain). Akun tersebut mengunggah dua video yang memperlihatkan fenomena hujan es.

"Hujan es di gunung slamet. Bagi para pendaki dihimbau untuk berhati-hati ya, apabila berjumpa cuaca buruk untuk tidak melanjutkan pendakian dan tetap tenang selalu bersama rombongan, demi keamanan dan keselamatan," tulis @slametmountain pada Selasa (24/11/2020).

Peringatan ini merupakan unggahan ulang dari salah seorang pendaki dengan akun Tong Pret (@tong.pret01) yang tampaknya mendaki gunung ini pada Minggu (22/11/2020).

Badan Meteorologi, Klimatologi dam Geofisika (BMKG) kemudian juga menganalisis peristiwa hujan es yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur Minggu (22/11/2020).

Peneliti BMKG I Gusti Agung Angga mengungkapkan analisisnya atas kejadian hujan es. Dia menggunakan data Radar dan Satelit mengungkapkan suhu puncak awan komulonimbus (Cb) mencapai -75°C. Kondisi labilitas yang sangat kuat dan suhu puncak awan yang sangat rendah kemudian mendorong terbentuknya butiran-butiran es di dalam awan.

"Karena ukuran butiran es yang cukup besar, butiran es tersebut tidak punya cukup waktu untuk mencair dan terbawa jatuh ke permukaan bumi bersama hujan," tulisnya yang diunggah pada situs BMKG, Selasa (24/11/2020).

Kejadian ini pun merupakan bagian dari cuaca ekstrim yang menjadi judul dari analisis yang dilakukan BMKG. Oleh karena itu, I Gusti Agung Angga memperingatkan masyarakat akan musim penghujan yang dimulai pada November dan Desember 2020. 

Dia melanjutkan puncak musim hujan pun diperkirakan terjadi pada Januari 2021. Mulai saat ini akan ada potensi terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

"Masyarakat di himbau lebih mewaspadai dampak yang ditimbulkan seperti banjir, genangan air, longsor, puting beliung, angin kencang hingga hujan es," ungkap I Gusti Agung Angga.

Dikutip pada situs BMKG Selasa (24/11/2020), fenomena hujan es merupakan cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau hujan es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya dijelaskan BMKG.

Berikuti beberapa indikasi terjadinya fenomena ini yang dijelaskan oleh BMKG:

1. Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
2. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)
3. Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
4. Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
5. Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
6. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri
7. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
8. Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper