Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang China-AS Tak Akan Segera Mereda, Ini Kata Eks-Menkeu China

Sulit bagi AS untuk memotong defisit perdagangannya, mengingat posisi dolar sebagai mata uang global yang dominan
Ilustrasi/istimewa
Ilustrasi/istimewa

Bisnis.com, BEIJING - Konflik antara China dan Amerika Serikat di bidang perdagangan diprediksi tidak akan cepat mereda.

Eks-Menteri Keuangan China Lou Jiwei menyatakan hal itu, Jumat (13/11/2020) dalam sebuah konvensi di Caixin, Beijing.

Lou menyebutkan perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China mungkin tidak akan mereda dalam waktu dekat, bahkan jika Joe Biden menjadi presiden AS.

Lou, yang sekarang sudah pensiun dan menjabat sebagai anggota badan konsultatif parlemen China, membuat pernyataan tersebut selama acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Caixin di Beijing.

Ditanya tentang prospek hubungan ekonomi dan perdagangan AS-China setelah pemilihan presiden AS, Lou blak-blakan mengatakan apa yang akan terjadi. "Bahkan jika Biden terpilih, penindasan AS terhadap China tidak akan terhindarkan," ujarnya. 

Lou menyerukan pragmatisme dalam hubungan perdagangan AS-China. Lou mengatakan sulit bagi AS untuk memotong defisit perdagangannya, mengingat posisi dolar sebagai mata uang global yang dominan.

"Setelah empat tahun, defisit perdagangan [dengan China] masih melebar. Kita perlu kembali ke akal sehat dan kembali ke ilmu pengetahuan. Semua orang harus berakal sehat," kata Lou.

Pemerintahan Trump melancarkan perang perdagangan dengan China pada pertengahan 2018. Trump menuntut China melakukan reformasi struktural besar-besaran untuk membuka pasarnya dan membeli lebih banyak dari Amerika Serikat.

Sejak itu, kedua negara telah memberlakukan tarif yang memengaruhi barang bernilai miliaran dolar, menyebabkan guncangan parah pada rantai pasokan global.

Lou justru mengatakan dia akan sangat optimistis tentang hubungan perdagangan jika Presiden AS Donald Trump tetap menjabat.

Lou juga mengatakan sudah waktunya untuk mempelajari keluarnya China dari kebijakan moneter akomodatifnya, tetapi bukan dari strategi stimulus fiskalnya.

Wakil Gubernur Bank Rakyat China (PBOC) Liu Guoqiang pekan lalu mengatakan bahwa bank sentral akan mempertimbangkan perubahan kebijakan ketika ekonomi pulih.

Namun, kata dia, bank sentral tidak akan bertindak tergesa-gesa, dan perubahan apa pun dibuat berdasarkan penilaian ekonomi yang akurat.

Lembaga-lembaga keuangan harus bertekad untuk mengurangi tingkat utang secara tertib dan mencegah pemulihan yang dipicu utang, kata Lou.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper