Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menristek: Tak Ada Alasan Indonesia Tak Mandiri Vaksin Covid-19

Salah satu alasannya, Indonesia adalah negara besar yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia yakni sekitar 270 juta jiwa.
Bambang Brodjonegoro (kanan), Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan penjelasan terkait kebijakan pemerintah dalam Talkshow bertajuk Vaksin Covid-19 Selangkah Lagi yang dipandu Arif Budisusilo, Presiden Direktur Solopos Group, Senin (26/10/2020)/Youtube-Solopos TV
Bambang Brodjonegoro (kanan), Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan penjelasan terkait kebijakan pemerintah dalam Talkshow bertajuk Vaksin Covid-19 Selangkah Lagi yang dipandu Arif Budisusilo, Presiden Direktur Solopos Group, Senin (26/10/2020)/Youtube-Solopos TV

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menyampaikan dua alasan Indonesia harus mandiri dalam urusan vaksin Covid-19.

Pertama, Indonesia adalah negara besar yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia yakni sekitar 270 juta jiwa.

“Jadi bisa dibayangkan kalau ada kebutuhan vaksin untuk penduduk sebanyak itu, dan mungkin frekuensinya lebih dari sekali, maka sangat berat rasanya jika kita sangat atau hanya tergantung pada vaksin impor dari luar negeri,” katanya seperti dikutip dari YouTube SoloPos TV, Senin (26/10/2020).

Alasan kedua, sambungnya, pengalaman panjang Indonesia di dalam riset dan produksi vaksin yakni melalui PT Bio Farma (Persero) yakni lebih dari 100 tahun.

“Jadi tidak ada alasan, kita tidak mandiri khususnya dalam [vaksin] Covid-19,” imbuhnya.

Di sisi lain, Menristek tidak menampik pasokan vaksin melalui jalur impor juga dibutuhkan saat ini dengan alasan percepatan pemulihan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia.

Namun, dia memastikan bahwa Vaksin Merah Putih, vaksin Covid-19 yang dikembangan Lembaga Eijkman, Bio Farma, dan beberapa perguruan tinggi, tetap menjadi prioritas ke depannya.

Terpisah, Project Senior Integration Manager Research and Development Bio Farma, Neni Nuraini menjelaskan, untuk strategi penyediaan vaksin, pihaknya memiliki strategi jangka pendek dan juga jangka panjang.

“Dalam strategi jangka pendek, yang dikejar adalah kecepatan serta transfer teknologi dari proses hilir dengan calon mitra yang sudah masuk dalam list vaksin yang sudah masuk WHO. Kerja sama yang dilakukan di antaranya dengan Sinovac dan CEPI,” ungkapnya dalam bincang Bincang Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin, Senin (26/10/2020).

Sementara itu, untuk strategi jangka menengah dan panjang, sejumlah lembaga penelitian pemerintah melakukan pengembangan vaksin dari proses hulu, kerja sama dengan triplehelix, ada riset dari Lembaga Eijkman, RISTEK/Brin, Balitbangkes Kemenkes, dan pengawalan regulasi dari badan POM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper