Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Enggan Trump Terpilih lagi, PM Palestina: Tuhan, Tolonglah Kami

Ucapan Shtayyeh ini menggambarkan keputusasaan Palestina setelah rangkaian tindakan Washington seperti pengakuan Jerussalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 dan relokasi kedubes AS ke sana.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump/Antara-Reuters
Presiden Amerika Serikat Donald Trump/Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengungkapkan jika Donald Trump kembali terpilih menjadi presiden AS maka rakyat akan semakin menderita.

Dilansir Aljazeera, pemerintahan Donald Trump selama 4 tahun ini disebut Shtayyeh telah melukai banyak rakyat Palestina.

"Jika kita menjalani 4 tahun lagi dengan Presiden Trump, tolonglah kami Tuhan, tolonglah mereka, dan tolonglah seluruh dunia," kata Shtayyeh saat bertemu dengan legislator Eropa, Selasa (13/10/2020).

Ucapan Shtayyeh ini menggambarkan keputusasaan Palestina setelah rangkaian tindakan Washington seperti pengakuan Jerussalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 dan relokasi kedubes AS ke sana.

Pemimpin Palestina yang mendambakan Jerussalem Timur sebagai ibu kota negaranya itu mengatakan AS bukan lagi mitra yang jujur dalam menjembatani negosiasi Palestina - Israel.

“Jika ada perubahan di AS, saya rasa akan berpengaruh langsung ke hubungan Palestina - Israel, dan akan berpengaruh langsung ke hubungan bilateral Palestina-AS,” kata Shtayyeh.

Pemerintahan Trump juga menyatakan bahwa pemukiman Yahudi di Tepi Barat tidaklah ilegal, sebuah penyelewengan hukum AS.

AS juga mendukung normalisasi antara Bahrain serta Uni Emirat Arab dengan Israel yang berhasil diteken belum lama ini.

Sementara itu, Trump memutuskan untuk menghentikan rencana aneksasi Israel ke Tepi Barat lantaran dirinya tidak punya waktu untuk membantu PM Israel Benjamin Netanyahu.

Kantor berita Turki, Anadolu, melaporkan dalam wawancaranya, mantan Juru Bicara Knesset (parlemen Israel) Abraham Borg mengatakan tidak ada transparansi dalam rencana aneksasi.

"Sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk menetapkan harapan pada aneksasi, karena tidak ada transparansi dalam rencana ini, tidak ada yang tahu detailnya," kata Borg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper