Bisnis.com, JAKARTA - Dengan penularan virus Corona masih terus menyebar dan pengetatan perbatasan kembali diberlakukan, bank-bank sentral dunia mendesak pemerintah untuk tidak mengerem pengeluaran terlalu dini.
Bank-bank sentral juga mengimbau kekhawatiran mengenai melonjaknya utang, dikesampingkan sampai pemulihan ekonomi dari virus Corona tuntas.
Di sejumlah negara, seruan itu ditanggapi dengan penolakan dan dibalas dengan pernyataan bagaimana membayar upaya penyelamatan tersebut. Namun, seruan bank-bank sentral itu didukung Dana Moneter Internasional atau IMF.
Kepala ekonom IMF Gita Gopinath telah memperingatkan tentang pemulihan panjang dan penuh ketidakpastian, setelah kemerosotan terburuk dalam beberapa generasi.
Dengan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi, terlalu dini bagi pembuat kebijakan untuk menarik dukungan fiskal.
Kepala Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah bantuan fiskal untuk pekerja dan bisnis ditarik terlalu tiba-tiba.
Baca Juga
Di Amerika Serikat, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu melontarkan argumen mengenai stimulus putaran berikutnya yang menemui jalan buntu selama berbulan-bulan di Kongres. Pejabat Fed mengatakan upaya bank sentral seperti pembelian obligasi, tidak akan seefektif pengeluaran pemerintah.
Pesan dari bank sentral semakin jelas, yakni ada batasan tentang apa yang dapat dilakukan oleh kebijakan moneter dalam jangka pendek. Otoritas fiskal harus menyelesaikan pekerjaan tersebut.
"Powell dan Lagarde melawan mitos bahwa bank sentral mampu memperbaiki masalah apapun dalam ekonomi. Bank sentral tidak selalu bisa menyelesaikannya. Ini bukan kredit macet, pemotongan biaya kredit tidak akan menstimulasi ekonomi," kata Paul Donovan, kepala ekonom global di UBS Wealth Management di London, dilansir Bloomberg, Rabu (14/10/2020).
Mengingat Pemerintah Inggris yang telah mengumumkan sistem penguncian bertingkat pekan ini, Gopinath mekankan kebijakan harus secara agresif fokus pada upaya membendung kerusakan ekonomi dari krisis ini. Ekonomi Inggris diproyeksi menyusut 9,8 persen tahun ini, meningkat dari perkiraan sebelumnya yakni 10,2 persen.
Gopinath mengatakan sementara dunia sedang beradaptasi dan berupaya keras memulihkan ekonomi, krisis masih jauh dari selesai.
"Pemerintah harus terus memberikan dukungan pendapatan melalui transfer tunai yang tepat sasaran, subsidi upah, dan asuransi pengangguran," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath.
Selain itu, untuk mencegah kebangkrutan skala besar dan memastikan pekerja dapat kembali ke pekerjaan yang produktif, perusahaan yang rentan tetapi layak harus terus menerima dukungan, melalui penangguhan pajak atau moratorium pada layanan utang dan suntikan ekuitas.