Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Dewan Gereja Papua Tolak TGPF Intan Jaya Bentukan Mahfud MD

Tim tersebut dianggap tidak independen, karena beranggotakan aparat keamanan, pemerintah, dan satuan intelijen.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukkam) Mahfud MD memberi sambutan pada pembukaan Kongres ke-XXXII HMI di Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (1/3/2020). Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Mahfud MD berharap kepada Kongres ke XXXII HMI dengan agenda pemilihan Ketua Umum PB HMI harus bersatu demi terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur. ANTARA FOTO/Jojon
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukkam) Mahfud MD memberi sambutan pada pembukaan Kongres ke-XXXII HMI di Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (1/3/2020). Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Mahfud MD berharap kepada Kongres ke XXXII HMI dengan agenda pemilihan Ketua Umum PB HMI harus bersatu demi terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur. ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Gereja Papua menolak Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF Intan Jaya yang dibentuk Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD untuk memecahkan kasus penembakan Pendeta Yeremias Zanambani di Intan Jaya.

Tim tersebut dianggap tidak independen, karena beranggotakan aparat keamanan, pemerintah, dan satuan intelijen sehingga tidak akan mengungkapkan peristiwa tersebut secara utuh. Juga, akibat Mahfud yang dianggap telah mempromosikan remiliterisasi atau stasus Daerah Operasi Militer (DOM) di Papua.

“Berdasarkan fakta yang dimiliki Dewan Gereja Papua, penembakan telah dilakukan oleh satuan TNI (Tentara Nasional Indonesia),” ujar Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Pendeta Benny Giay pada Rabu (7/10/2020).

Sejak bulan Desember 2019, dikatakan banyak warga yang telah meninggalkan Intan Jaya demi menyelematkan nyawa akibat dugaan adanya operasi militer di daerah tersebut.

Operasi itu diduga berkaitan dengan upaya menekan masyarakat Papua untuk menerima program pemerintah memperpanjang Otonomi Khusus hingga tahun 2041.

“Operasi keamanan di berbagai daerah di Tanah Papua akhir-akhir ini, tidak berjalan sendiri, melainkan kami duga dalam rangka mendukung agenda terselubung perampasan tanah dan hutan adat (sumber daya alam) milik masyarakat Papua oleh investor,” kata dia.

Salah satu dugaan agenda terselubung tersebut terjadi di Intan Jaya, Papua ketika masyarakat setempat menolak masuknya anak perusahaan PT Antam yang hendak menguasai blok tambang emas.

“Dewan Gereja Papua mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan jemaat dari Pendeta Yeremias Zanambani di Intan Jaya yang telah berdiri teguh, berani mengambil tanggung jawab dan bersuara tentang penembakan Pendeta Zanambani. Kami berdoa kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada mereka,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper