Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debat Cawapres AS, Bahas Isu Covid-19 Hingga Pajak

Pence dan Harris berbeda pendapat tentang penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintahan Trump selama debat mereka.
Kamala Harris dan Mike Pence saat debat wakil presiden AS di University of Utah, Rabu (7/10/2020) malam. Fotografer: Morry Gash / AP Photo / Bloomberg
Kamala Harris dan Mike Pence saat debat wakil presiden AS di University of Utah, Rabu (7/10/2020) malam. Fotografer: Morry Gash / AP Photo / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Mike Pence dari Partai Republik dan penantang dari Partai Demokrat, Kamala Harris mulai berdebat sebagai satu-satunya agenda Debat Wakil Presiden menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang.

Pence dan Harris berbeda pendapat tentang penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintahan Trump selama debat mereka. Tema itu memanas pada saat Gedung Putih berjuang untuk menahan wabah yang telah menginfeksi Presiden Donald Trump dan puluhan orang lainnya.

Perdebatan yang sarat soal kebijakan itu sangat kontras dengan debat presiden yang kacau balau pekan lalu.

Harris melakukan serangan pada topik-topik mulai dari perawatan kesehatan hingga ekonomi, perubahan iklim dan kebijakan luar negeri. Sedangkan Pence mempertahankan catatan positif pemerintahan Republik yang hampir berusia empat tahun.

"Rakyat Amerika telah menyaksikan kegagalan terbesar dibandingkan kepresidenan mana pun dalam sejarah negara kita," kata Harris ketika debat dimulai di Universitas Utah di Salt Lake City seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (8/10)/2020).

Sebagai tanggapan, Pence membela upaya pemerintah AS memerangi wabah penyakit tersebut, termasuk keputusan Trump pada akhir Januari untuk membatasi perjalanan dari pusat pandemi di China.

"Saya ingin rakyat Amerika tahu bahwa sejak hari pertama, Presiden Donald Trump telah mengutamakan kesehatan Amerika Serikat," katanya.

Kedua kandidat dipisahkan oleh alat pelindung plexiglass sebagai pengingat pandemi yang telah merenggut 210.000 nyawa orang Amerika Serikat dan menghancurkan ekonomi.

Harris memainkan peran serangan tradisional calon wakil presiden dengan menyalahkan pemerintahan Trump karena mencoba membatalkan undang-undang perawatan kesehatan Affordable Care Act di tengah pandemi.

Dia juga menyerang Trump karena dilaporkan membayar US$750 setahun pajak penghasilan federal sebagai presiden.

"Ketika saya pertama kali mendengarnya, saya benar-benar berkata, 'Maksud Anda US$750.000?," Kata Harris, merujuk pada penyelidikan New York Times. "Saya kira US$750," ujarnya.

Sementara itu, Pence berusaha untuk membalas serangannya dengan mengalihkan fokus ke ekonomi dan kebijakan pajak, dengan mengatakan "Pada hari pertama, Joe Biden akan menaikkan pajak Anda."

Harris menanggapi dengan mengatakan bahwa Biden telah berjanji untuk tidak menaikan pajak bagi siapa pun yang berpenghasilan kurang dari US$400.000 setahun.

Seperti dalam Debat Presiden pekan lalu, debat kali ini didominasi oleh diskusi tentang pandemi dan kemerosotan ekonomi yang diakibatkannya.

Terkait tentang vaksin potensial, Harris mengatakan dia hanya akan mempercayai kata-kata para ilmuwan, bukan Trump, yang telah mempromosikan pengobatan yang tidak terbukti.

"Jika dokter memberi tahu kami bahwa kami harus meminumnya, saya akan menjadi yang pertama dalam antrean, tentu saja, tetapi jika Donald Trump menyuruh kita untuk meminumnya maka saya tidak akan menerimanya," ungkapnya.

Pence pun membalas dengan menuduh Harris merusak kepercayaan publik terhadap vaksin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper