Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi AS Terpukul, Angka Pengangguran Permanen Dekati 4 Juta Orang

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengklaim jumlah pengangguran yang kehilangan pekerjaan permanen naik hingga 345.000 orang pada September ke level tertinggi 7 tahun yakni 3,8 juta pengangguran.
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Kota New York, AS/Bloomberg
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Kota New York, AS/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi ekonomi Amerika Serikat (AS) pasalnya hampir 4 juta masyarakat di negara ini kehilangan pekerjaan.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengklaim jumlah pengangguran yang kehilangan pekerjaan permanen naik hingga 345.000 orang pada September ke level tertinggi 7 tahun yakni 3,8 juta pengangguran.

Artinya, beberapa orang yang semula hanya dirumahkan, kini harus kehilangan pekerjaan secara permanen karena banyak bisnis yang tutup dan perusahaan yang memangkas biaya di tengah kondisi ekonomi saat ini.

Itu berarti bahwa apa yang awalnya diharapkan banyak orang sebagai cuti atau kehilangan pekerjaan sementara menjadi permanen karena bisnis tutup dan pemotongan biaya. Pasar tenaga kerja AS telah tenggelam ke level terendah dalam 19 tahun pada Februari lalu, tepat sebelum pandemi meletus di negara ini.

Lonjakan pengangguran permanen Amerika memberikan bukti nyata tentang efek ekonomi yang disebabkan oleh krisis kesehatan.

“Ini adalah pertanda yang tidak menyenangkan,” Austan Goolsbee, mantan penasihat ekonomi Presiden Obama, kepada CNN Business melalui email, Minggu (4/10/2020).

Ketika banyak masyarakat AS kehilangan pekerjaan, Departemen Tenaga Kerja mengklasifikasikan beberapa sebagai pemberhentian sementara. PHK yang diklasifikasikan sebagai permanen adalah orang-orang yang baru saja menyelesaikan pekerjaan sementara atau kehilangan posisinya untuk selamanya, yang berarti pekerjaan tersebut belum kembali.

Persentase penganggur Amerika yang diklasifikasikan sebagai penganggur permanen naik menjadi 35,6 persen di bulan September, atau naik dari 11,1 persen pada April.

“Ini sangat mengkhawatirkan - tidak hanya untuk orang-orang ini, tetapi juga untuk apa yang dikatakannya tentang pemulihan,” kata Kepala Ekonom di PNC Gus Faucher, dikutip dari NBC Palm Springs.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper