Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Ungkap Alasan Pemerintah Tunda Pemekaran Daerah

Menurut Wapres, pertimbangan utama kebijakan moratorium pemekaran daerah juga didasarkan pada kemampuan keuangan negara yang belum memungkinkan.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan pernyataan pers lewat telekonferensi dengan wartawan dari rumah dinas wapres di Jakarta, Senin (8/6/2020)/Antara
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan pernyataan pers lewat telekonferensi dengan wartawan dari rumah dinas wapres di Jakarta, Senin (8/6/2020)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden Ma`ruf Amin mengungkapkan alasan pemerintah daerah menunda pemekaran daerah. Dia menyebutkan bahwa porsi pendapatan asli daerah (PAD) masih di bawah dana transfer pusat.

Saat memberi sambutan dalam hari ulang tahun Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ke-16, Wapres menyebutan bahwa sejak 1999 – 2014 telah terbentuk 224 daerah otonomi daerah (DOB).

Akan tetapi, pemerintah menyadari bahwa dari hasil evaluasi termasuk laporan Badan Pemeriksa Keuangan pada 2019 mendapati fakta menarik. Dari audit tersebut ditemukan bahwa sumber pendapatan sebagian besar DOB belum mandiri.

“Masih bergantung pada APBN. Porsi pendapatan asli daerah masih berada di bawah dana transfer pusat. Kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan kebijakan pemerintah sejak 2014 menunda pemekaran daerah,” katanya, Kamis (1/10/2020).

Menurut Wapres, pertimbangan utama kebijakan moratorium pemekaran daerah juga didasarkan pada kemampuan keuangan negara yang belum memungkinkan.

Selain itu, pemerintah berpandangan bahwa masih diperlukannya pembiayaan prioritas-prioritas pembangunan nasional yang bersifat strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan sumber daya manusia.

Terlebih lanjutnya, dengan terjadinya wabah covid-19. Akibat pandemi berkepanjangan, pemerintah melakukan refokusing prioritas dan rencana pembangunan yang telah ditetapkan serta merealokasi anggaran di hampir semua bidang.

“[Langkah ini] untuk mengatasi dampak pandemi di bidang kesehatan, sosial dan ekonomi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper