Bisnis.com, JAKARTA — Pada musim gugur atau pada Oktober 2010, Hermès berada dalam situasi sulit. Setelah berdiri sebagai perusahaan keluarga selama 173 tahun, Hermès tinggal selangkah lagi menjadi bagian dari konglomerasi LVMH.
Konglomerasi LVMH yang menaungi berbagai merek barang mewah seperti Dior dan Louis Vuitton bersiap meningkatkan 17 persen kepemilikannya di Hermès. Bos LVMH Bernard Arnault hanya perlu membeli saham tambahan dari beberapa ahli waris keluarga Hermès.
CEO Hermès kala itu, Patrick Thomas, dikabarkan sangat marah dengan rencana Arnault. Saat mendapatkan telepon dari Arnault tentang rencana pengumuman kepemilikan itu, Thomas merespons dengan geram.
“Jika Anda ingin merayu seorang wanita cantik, Anda jangan memulainya dengan memerkosa dia dari belakang,” kata Thomas kepada Arnault, seperti dikutip dari majalah The Economist.
Jelang musim gugur 2020, atau 10 tahun berselang, keinginan Arnault menerkam sang wanita cantik tak jua terwujud. Yang terjadi malah sebaliknya: Para keturunan Thierry Hermès masih menjadi pemegang saham pengendali perusahaan, bahkan Hermès mampu mengungguli LVMH dari sisi penjualan.
Di dunia barang mewah, Hermès mencatatkan peningkatan pendapatan lebih dari 3 kali lipat sepanjang 2010—2019, menjadi US$7,7 miliar. Margin operasi Hermès juga meningkat menjadi 34 persen, salah satu yang tertinggi di industri tersebut.