Bisnis.com, JAKARTA – Kabar buruk menghampiri para penggemar Harley Davidson di India. Pabrikan motor berusia 117 tahun tersebut memutuskan untuk menghentikan produksi dan penjualan produk-produknya di Negeri Anak Benua.
Penutupan pabrik merupakan tindak lanjut setelah Harley memutuskan memecat 70 karyawan mereka di India, beberapa waktu lalu. Pemecatan adalah bagian dari misi restrukturisasi bertajuk The Rewire yang diusung CEO baru perusahaan tersebut, Jochen Zeitz.
Kedatangan pandemi Covid-19 memang makin memukul kinerja keuangan Harley yang sudah tampak rapuh sejak tahun lalu.
Pada semester I/2020, Harley mencatatkan penjualan sebesar US$1,76 juta, turun 32 persen dari posisi US$2,62 miliar pada semester I/2019.
Perusahaan juga tercatat merugi US$22,52 juta alias berbalik dari posisi untung US$323,57 juta pada semester I/2019. Ini merupakan kali pertama Harley merugi dalam laporan tengah tahun selama 1 dekade terakhir.
Dalam laporan terbaru yang dirilis pada Kamis (10/9/2020), Moody’s Investor Service juga memangkas peringkat utang jangka panjang Harley Davidson dari Baa2 menjadi Baa3. Peringkat utang jangka pendek Harley juga merosot dari P-2 ke P-3.