Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengin bisa Berumur Seabad lebih? Tiru Pola Hidup Mbah Sarikem ini

Pernah membayangkan diberi karunia Tuhan usia lebih dari satui abad? Lihat Mbah Sarikem, wanita tertua di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang berusia 110 tahun ini.
Gelar wanita tertua di Kabupaten Sragen Jawa Tengah  disandang Mbah Sarikem, warga Dukuh Lemah Ireng RT 005, Jatitengah, Sukodono, dengan umur 110 tahun berdasarkan KTP elektronika yang dikeluarkan Pemkab Sragen./JIBI-Tri Rahayurn
Gelar wanita tertua di Kabupaten Sragen Jawa Tengah disandang Mbah Sarikem, warga Dukuh Lemah Ireng RT 005, Jatitengah, Sukodono, dengan umur 110 tahun berdasarkan KTP elektronika yang dikeluarkan Pemkab Sragen./JIBI-Tri Rahayurn

Solopos.com, SRAGEN - Pernah membayangkan diberi karunia Tuhan usia lebih dari satu abad? Lihat Mbah Sarikem, wanita tertua di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang berusia 110 tahun ini.

Rahasia Mbah Sarikem higga mencapai usia 1,1 abad ternyata sangat sederhana: pasrah.

Memang Mbah Sarikem bukan menjadi wanita tertua di Indonesia, karena rekor wanita tertua pernah disabet wanita asalah Purwakarta yang kini berusia sekitar 145 tahun.

Wanita itu bernama Nenek Anami yang menjadi viral pada 2015 karena telah mencapai rekor usia 140 tahun waktu itu.

Yang jelas, Mbah Sarikem menjadi ikon kebanggaan warga Sagen. Wanita lansia dari Dukuh Lemah Ireng RT 005, Kebayanan Putat Sewu, Desa Jatitengah, Kecamatan Sukodono, Kabuaten Sragen, Jawa Tengah mencatatkan rekor sebagai orang tertua di Kabupaten Sragen. Sarikem yang sudah berusia 110 tahun alias 1,1 abad memiliki kunci bisa panjang umur.

Sarikem mengaku bisa hidup lama itu karena pasrah. Yang penting, bagi Sarikem bisa makan apa yang dimasak anaknya. Saat sudah tua, makannya pun hanya sedikit.

Kini, Sarikem dirawat anaknya. Untuk makan, minum, mandi, dan buang hajat pun meminta bantuan anaknya yang keempat itu.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Sarikem diketahui berusia 110 tahun berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) elektronik yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Sragen, Sarikem lahir di Sragen pada 5 Februari 1910 silam.

Ia pun sampai didatangi Kepala Badan Pusat Statustik (BPS) Sragen Toga Hamonangan didampingi Koordinator Sensus Kecamatan Sukodono Juli Kusmanto, Senin (21/9/2020), untuk diverifikasi.

Dari catatan Dispendukcapil yang kemudian diverifikasi BPS, maka Sarikem sementara merupakan orang tertua di Kabupaten Sragen dengan umur 110 tahun.

Kesehatan

Sarikem mengaku organ tubuhnya banyak yang sudah tak berfungsi normal. Matanya sudah tak bisa melihat jelas dan telinganya tak mampu mendengar dengan jelas pula.

"Umurku wis atusan taun. Kupingku wis budek. Ragaku ya wis ora kuat. Sikilku rasane jimpe-jimpe ora kuat kanggo jangkah. Mataku eneke mung pedhut, peteng, srengenge ora ketok blas. [Umur saya sudah ratusan tahun. Telinga saya tuli. Badanku ya tidak kuat. Kakiku rasanya kesemutan tidak kuat untuk melangkah. Mata saya adanya hanya kabut, gelap, matahari tidak kelihatan]," ujar Sarikem saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (21/9/2020).

Wanita yang memiliki kunci panjang umur hanya dengan pasrah itu mengaku sudah ditinggal suami meninggal 26 tahun silam. Sarikem memiliki delapan anak dari dua suaminya, yakni Sarbini dan Narto Dikromo, yang sudah meninggal.

Dengan suami pertama, Sarbini, memiliki empat orang anak. Sarikem sekarang tinggal di rumah anaknya yang keempat dari suami pertamanya. Sementara dengan suami Narto Dikromo memiliki empat orang anak juga.

"Ditinggal bojo wis 26 taun. Cara wong nandur ngono, Sing nandur durung wancine ngunduh sing ditandur, arep piye meneh. [Ditinggal suami sudah 26 tahun. Ibarat orang menanam, orang yang menanam itu belum waktunya untuk mengundur apa yang ditanam, mau bagaimana lagi]," lanut Sarikem.

Anak Sarikem, Sasmo Pawiro, membenarkan ibunya yang merupakan wanita tertua di Sragen sudah berusia 110 tahun alias 1,1 abad.

"Dari keterangan di KTP umur simbah itu 110 tahun. Padahal lebih. Dari delapan anaknya, yang masih hidup tinggal lima orang. Istri saya Kamsinah itu anak keempat. Saya menikah dengan Kamsinah itu tahun 1963, saat itu saya berumur 20 tahun dan istri saya berumur 19 tahun. Cucunya lebih dari 30 orang, buyutnya 20 orang ada, dan canggahnya sekitar 10 orang," ujar Sasmo Pawiro.

Sarikem berkisah ia pernah melihat suatu perseteruan antara angkatan bersenjata kala pendudukan Belanda di Indonesia.

"Dulu waktu zaman geger landa [Belanda], tentara mencari selamat sendiri-sendiri. Ada dua tentara yang menginap di rumah saya. Mereka mengungsi. Saat itu, di Kota Sragen banyak rumah-rumah terbakar saat perang. Saat itu saya sudah punya dua orang anak," kisah Sarikem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tri Rahayu
Editor : Sutarno
Sumber : Solopos.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper