Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kematian Akibat Covid-19 di Amerika Serikat Capai 200.000 Kasus

Kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat bahkan mencapai dua setengah kali jumlah tentara AS yang gugur dalam perang Vietnam dan Korea.
Ilustrasi - Seorang pria berlari melewati ratusan makam yang digali oleh aktivis LSM Rio de Paz di Pantai Copacabana, menyimbolkan warga yang meninggal dunia akibat penyakit  Covid-19 di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (11/6/2020)./Antara-Reuters
Ilustrasi - Seorang pria berlari melewati ratusan makam yang digali oleh aktivis LSM Rio de Paz di Pantai Copacabana, menyimbolkan warga yang meninggal dunia akibat penyakit Covid-19 di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (11/6/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Total angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat mencapai 200.000 orang. Kenaikan mortalitas juga diikuti oleh sejumlah negara lain. 

Dilansir dari New York Times, Senin (21/9/2020) angka kasus baru sempat menurun sejak akhir Juli. Namun, belakangan ini angka terus menanjak sehingga memicu kekhawatiran seiring dengan dibukanya kembali lembaga pendidikan. 

Kematian di Amerika Serikat bahkan jumlahnya hampir menyamai populasi Akron, Ohio, atau dua setengah kali jumlah tentara AS yang gugur dalam perang Vietnam dan Korea.

“Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Virus ini telah mengejutkan dalam banyak hal, dan kita mungkin akan terkejut lagi,” kata ahli epidemologi University of Texas Health Science Center di Houston.  

Hingga saat ini AS mecatatkan total kasus tertiinggi secara global sebesar 6,83 juta dengan kasus tertinggi dari California, Texas, dan Florida. 

Amerika Latin mencatatkan kematian mencapai 310.000. dua pertiganya berasal dari dua negara yakni Brazil (132.000) dan Meksiko (72.000).  

Sementara secara global, setidaknya ada 73 negara yang terus menunjukkan peningkatan kasus anyar. Di India, kasus baru mencapai 90.000 per harinya hingga menjadikan total kasusnya melebihi 5 juta.

Adapun Eropa yang sempat agak menurun, kembali naik lagi setelah masyarakat kembali keluar rumah. 

France24 melaporkan, lockdown di Madrid akan mulai kembali diterapkan selama dua pekan mulai Senin. Hal ini menyebabkan orang-orang turun ke jalaanan untuk melakukan aksi protes pada Minggu.

Pemerintah Spanyol menegaskan langkah tersebut harus dilakukan lantaran penyebaran virus di distrik tersebut jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasionalnya.

“Rasanya mereka [demonstran] agak menertawakan kami. Kami masih bisa bekerja dan pergi ke derah lain yang tidak lockdown, di mana kami mungkin dapat meningkatkan infeksi dan rentan terhadap infeksi di daerah kami sendiri,” kata seorang perawat, Bethania Perez.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper