Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hidupkan Pariwisata, Thailand Berencana Bebaskan Karantina Bagi Wisatawan Asia

Pengabaian karantina akan ditujukan untuk pelancong Asia yang biasanya tidak tinggal lebih dari dua minggu. Kendati begitu, lanjut Yuthasak, rencana tersebut membutuhkan persetujuan pemerintah dan negosiasi dengan negara-negara yang menjadi target wisatawan.
Pemandangan Teluk Maya di Pulau Phi Phi, Thailand sebelum ditutup oleh pemerintah setempat pada 2018./Reuters
Pemandangan Teluk Maya di Pulau Phi Phi, Thailand sebelum ditutup oleh pemerintah setempat pada 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Pariwisata Thailand berencana untuk mengizinkan wisatawan asing dari negara-negara risiko rendah infeksi virus corona atau Covid-19 untuk mengunjungi negara Asia Tenggara tersebut tanpa karantina.

Dilansir Bloomberg Kamis (10/9/2020) dari surat kabar Thailand Khaosod, Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn mengatakan rencana tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan pariwisata, yang selama ini terpuruk karena pandemi Covid-19.

Pengabaian karantina akan ditujukan untuk pelancong Asia yang biasanya tidak tinggal lebih dari dua minggu. Kendati begitu, lanjut Yuthasak, rencana tersebut membutuhkan persetujuan pemerintah dan negosiasi dengan negara-negara yang menjadi target wisatawan.

Dia mengatakan ekonomi Thailand paling bergantung pada pariwisata di Asia. Untuk itu, Thailand mempertimbangkan beberapa rencana untuk membuka kembali perbatasannya bagi beberapa pengunjung. Pekan depan, otoritas tersebut akan meminta persetujuan dari kabinet untuk visa turis khusus bagi pengunjung jangka panjang, yang dapat tinggal di negara itu hingga 270 hari.

Sektor perhotelan dan pariwisata Thailand mengandalkan kembalinya pengunjung internasional, yang menyumbang dua pertiga dari pendapatan pariwisata sebelum pandemi. Hal itu digunakan untuk membalikkan kemerosotan bisnis dan menyelamatkan jutaan pekerjaan.

Pemerintah dan pelaku usaha sedang mempertimbangkan biaya antara mengekang risiko infeksi dan membatasi penurunan ekonomi, yang berada di jalur rekor kontraksi 8,5 persen tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper