Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRIN Bakal Bentuk Konsorsium untuk Pengembangan Vaksin Merah Putih

Saat ini vaksin Covid-19 masih dikembangkan oleh Bio Farma bersama dengan perusahaan China, Sinovac.
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pihaknya akan membentuk Konsorsium Vaksin Merah Putih untuk pengembangan vaksin Covid-19.

Saat ini vaksin masih dikembangkan oleh Bio Farma bersama dengan perusahaan China, Sinovac. Untuk produksi 2021 kapasitas Biofarma diketahui bisa mencapai 250 juta ampul.

“Untuk membantu kapasitas Bio Farma, Konsorsium Vaksin Merah Putih akan merangkul perusahaan swasta nasional yang saat ini sedang menyiapkan diri untuk produksi vaksin,” jelas Bambang pada konferensi pers, Rabu (2/9/2020).

Saat ini berbagai perusahaan dan lembaga tengah mengajukan izin CPOB (cara produksi obat dengan baik) ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Diharapkan konsorsium segera siap dan produksi di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan seluruh penduduk untuk lebih dari satu kali vaksinasi per penduduk.

“Vaksin yang dikembangkan Bio Farma akan melengkapi yang dikembangkan oleh konsorsium untuk mengejar aspek kecepatan. Bio Farma sekarang bekerja sama dengan Sinovac dengan beberapa pihak lainnya dan tentunya vaksin yang kita temukan mudah-mudahanan efektif dan cocok untuk menahan Covid-19,” ujarnya.

Dalam pengadaan vaksin, Bambang menjelaskan, konsorsium mencoba mengembangkan vaksin dengan pendekatan cepat, aktif, dan mandiri. Dengan penduduk lebih dari 260 juta maka kebutuhan vaksin bisa mencapai jumlah 300 - 400 juta ampul untuk dua kali suntik per penduduk.

Oleh karena itu, pengadaannya membutuhkan kemandirian dalam produksi dan pengembangan bibit vaksin.

“Dengan segenap kekuatan di bidang penelitian, salah satunya vaksin juga dikembangkan oleh Lembaga Eijkman, yang sedang mengerjakan vaksin dengan tiga platform yaitu subunit rekombinan baik berbasis sel mamalia maupun ragi, dan mengembangkan pendekatan virus yang dilemahkan,” jelasnya.

Adapun, di luar Lembaga Eijkman, ada empat institusi lain yang mengembangkan vaksin merah putih, yang mana bibit vaksinnya dikembangkan di Indonesia.

Pertama UI dengan platform DNA, RNA, dan Virus Like Particle. Kedua, ITB yang mengembangkan platform Adenovirus. Ketiga Unair dengan platform Adenovirus, dan Keempat LIPI dengan platform protein rekombinan.

“Kita bersyukur ada banyak peneliti yang berupaya meneliti dan harapannya bisa mengembangkan dan melahirkan bibit vaksin yang nantinya siap diproduksi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper