Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Singapura Buka Pintu untuk Warga Selandia Baru dan Brunei

Singapura secara bertahap memulai kembali ekonominya sejak Juni dan mengizinkan aktivitas sosial terbatas karena jumlah total kasus baru telah menurun menyusul langkah-langkah penguncian parsial yang diterapkan sejak April.
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Singapura akan mengizinkan perjalanan umum ke dan dari Selandia Baru dan Brunei Darussalam. Negara kota itu mempertimbangkan situasi virus di dua tempat tersebut yang relatif terkendali.

Kementerian Kesehatan mengatakan wisatawan dari kedua negara akan menjalani tes Covid-19 setelah tiba di Singapura. Perubahan ini akan berlaku mulai 1 September 2020 mendatang.

Selain itu, warga yang bepergian ke kedua negara masih tunduk pada persyaratan yang diberlakukan oleh pihak berwenang di sana.

Adapun, bagi wisatawan dari negara berisiko rendah lainnya, Singapura akan mempersingkat durasi karantina dari 14 hari menjadi tujuh hari. Negara-negara tersebut yakni Australia (tidak termasuk negara bagian Victoria), Makau, Cina, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia. Tes Covid-19 akan terus dilakukan sebelum akhir 7 hari.

Wisatawan dari negara di luar daftar tersebut masih diwajibkan melakukan karantina 14 hari di fasilitas khusus dan menjalani tes di akhir masa tersebut. Negara ini juga akan mengizinkan perjalanan bagi siswa yang melanjutkan pendidikan mereka di luar negeri.

"Langkah-langkah perbatasan Singapura akan berkembang seiring dengan perubahan situasi global,” kata Kementerian Kesehatan, dilansir Bloomberg, Sabtu (22/8/2020).

Pengumuman ini muncul setelah Ong Ye Kung, Menteri Transportasi yang baru diangkat, mengatakan pekan lalu bahwa Singapura dapat mempertimbangkan untuk membuka perbatasannya bagi wisatawan dalam upaya untuk menarik lebih banyak lalu lintas ke bandara yang dulu ramai itu.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah sehingga industri penerbangan Singapura dapat memulai kembali dengan aman sambil mengurangi kemungkinan penularan Covid-19," kata Conrad Clifford, wakil presiden regional Asosiasi Transportasi Udara Internasional untuk wilayah Asia-Pasifik, dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Singapura sangat terpukul oleh pandemi, mengingat industri pariwisatanya sangat bergantung pada wisatawan internasional. Negara itu hanya menyambut 3.800 pengunjung di kuartal kedua ini, paling sedikit dalam catatan, dan ekonominya sedang menuju kontraksi terburuk sejak kemerdekaan.

Sementara itu pemerintah minggu ini mengumumkan langkah-langkah dukungan tambahan sebesar 8 miliar dolar Singapura (US$5,8 miliar) untuk meredam pukulan dari pandemi, memperpanjang subsidi upah dan bertujuan untuk menopang sektor penerbangan dan perhotelan yang terpukul parah.

Singapura secara bertahap memulai kembali ekonominya sejak Juni dan mengizinkan aktivitas sosial terbatas karena jumlah total kasus baru telah menurun menyusul langkah-langkah penguncian parsial yang diterapkan sejak April. Mal dan restoran mulai terisi kembali karena orang-orang pergi berbelanja dan makan.

Namun, beberapa mal atau tempat populer yang menghadapi masalah manajemen keramaian mungkin memiliki batasan masuk, sementara gerai makan akan diizinkan memutar musik untuk mencegah pelanggan berbicara dengan keras dan meningkatkan risiko penyebaran droplet.

Kenneth Mak, Direktur Layanan Medis Kementerian Kesehatan mengatakan negara kota itu sedang bernegosiasi dengan berbagai perusahaan mengenai kesepakatan vaksin. Pihak berwenang perlu memprioritaskan ketersediaan vaksin untuk kelompok yang lebih rentan dan pekerja lini depan jika sudah siap.

"Kami terus berdiskusi dengan berbagai perusahaan farmasi untuk memperbarui diri kami sendiri tentang kemajuan uji coba mereka untuk kandidat vaksin mereka dan untuk menjajaki kemungkinan pengadaan vaksin ini untuk digunakan di Singapura," kata Mak.

Negara Asia Tenggara tersebut telah mencatat lebih dari 56.000 kasus infeksi yang dikonfirmasi, dengan lebih dari 90 persen dari totalnya berasal dari pekerja migran yang tinggal di asrama yang sempit. Namun, jumlah infeksi harian telah menurun setelah upaya pemerintah untuk menguji dan membersihkan populasi virus tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper