Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karantina Wilayah Dinilai Dorong Filipina ke Jurang Resesi

Pengamat menilai Filipina sedang masuk ke dalam jurang resesi setelah pemerintah melakukan penguncian wilayah yang ketat untuk mencegak Covid-19.
Petugas kesehatan mengambil sampel darah di pusat tes Covid-19 di Metro Manila, 8 Juli 2020/Bloombergn
Petugas kesehatan mengambil sampel darah di pusat tes Covid-19 di Metro Manila, 8 Juli 2020/Bloombergn

Bisnis.com, MANILA - Wabah Covid-19 tak ubahnya buah simalakama bagi banyak negara. Jika rakyat dibiarkan melawan dengan imunitas tubuhnya masing-masing, entah berapa banyak yang akan jadi korban.

Sebaliknya, pengendalian pergerakan yang ketat berdampak pada terganggu bahkan anjloknya perekonomian.

Kini, Filipina sedang merasakan pahitnya simalakama Corona penyebab Covid-19 ini.

Ekonomi Filipina dilaporkan anjlok lebih dalam dari yang diperkirakan pada kuartal kedua, jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 29 tahun. Ekonomi Filipina terpukul oleh kebijakan karantina wilayah.

Kebijakan karantina wilayah yang diterapkan pemerintah Filipina merupakan salah satu penguncian terpanjang dan terketat di dunia untuk mengatasi penyebaran Covid-19.

Otoritas Statistik Filipina, Kamis (6/8/2020) mengatakan perekonomian negeri itu menyusut 16,5 persen pada April-Juni dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal itu merupakan  penurunan terbesar dalam data PDB triwulanan pemerintah sejak 1981. 

Produk domestik bruto turun lebih dari perkiraan kontraksi 9 persen dalam jajak pendapat Reuters dan lebih buruk dari penurunan yang direvisi sebesar 0,7 persen pada kuartal pertama.

PDB yang disesuaikan secara musiman turun 15,2 persen pada kuartal kedua dari tiga bulan pertama tahun ini.

Pukulan ekonomi dari pandemi dapat memburuk seiring langkah pemerintah memberlakukan kembali kontrol karantina yang lebih ketat di Manila dan provinsi terdekat selama dua minggu mulai Selasa di tengah bangkitnya kembali kasus virus Corona.

"Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dengan kehancuran Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua yang menunjukkan dampak destruktif dari penguncian pada ekonomi yang bergantung pada konsumsi," kata ekonom senior ING Nicholas Antonio Mapa.

"Dengan rekor pengangguran tertinggi yang diperkirakan akan naik dalam beberapa bulan mendatang, kami tidak mengharapkan perputaran cepat dalam perilaku konsumsi, terlebih lagi dengan kasus Covid-19 yang masih meningkat," ujarnya.

Indeks saham utama Filipina menunjukkan sedikit reaksi terhadap data.

Beberapa bisnis telah diperintahkan untuk ditutup dan pergerakan dibatasi lagi di Manila dan provinsi terdekat, yang menyumbang seperempat populasi negara dan sebagian besar aktivitas ekonominya.

Filipina mencatat 115.980 infeksi yang dikonfirmasi pada Rabu, tepat di belakang Indonesia dengan 116.871 kasus, yang merupakan tertinggi di Asia Timur.

Dengan inflasi yang diperkirakan akan tetap terkendali sepanjang tahun, bank sentral memiliki ruang untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut jika diperlukan, kata para analis.

Pelonggaran telah memangkas suku bunga acuan dengan total 175 basis poin tahun ini ke rekor terendah 2,25 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper