Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Thailand Pertahankan Suku Bunga Acuan, Masih di Level Terendah

Langkah ini dilakukan untuk tetap mendukung pemulihan ekonomi Thailand dari tekanan akibat pandemi.
Ilustrasi baht Thailand (Bloomberg)
Ilustrasi baht Thailand (Bloomberg)

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Thailand mempertahankan suku bunga acuannya pada level terendah sepanjang masa untuk mendukung ekonomi pulih dari tekanan akibat pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg, Bank of Thailand memutuskan mempertahankan suku bunga acuan pada level 0,5 persen pada hari Rabu (5/8/2020). Hampir seluruh ekonom dalam survei Bloomberg telah memproyeksikan langkah bank sentral ini.

Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu diperkirakan akan mengalami kontraksi terbesar pada tahun ini, dengan konsesnsus mencapai 8,1 persen. Gubernur bank sentral yang akan mengakhiri jabatannya, Veerathai Santiprabhob, mengatakan pemulihan dapat memakan waktu hingga dua tahun.

Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 3 triliun baht (US$96,7 miliar) karena pukulan terhadap sektor pariwisata dan ekspor, yang menjadi pendorong utama perekonomian Thailand.

Dengan suku bunga mendekati level nol, bank sentral kehabisan telah ruang kebijakan moneter konvensional untuk memacu perekonomian dan mendorong harga ketika deflasi mulai terjadi. Bank sentaral telah mengatakan sedang mempelajari opsi seperti pembelian aset skala besar dan beberapa sejumlah langkah pengendalian kurva imbal hasil.

Pada saat yang sama, otoritas khawatir terhadap penguatan mata uang yang mengancam akan merusak pemulihan ekspor. Baht telah naik lebih dari 4 persen terhadap dolar dalam tiga bulan terakhir dan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik menurut data yang dilacak Bloomberg.

Negeri Gajah ini berada tengah dalam proses merombak tim ekonomi baru, termasuk gubernur bank sentral dan menteri keuangan. Anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of Thailand Sethaput Suthiwart-Narueput disebut sebagai pengganti Veerathai, yang akan meninggalkan jabatannya setelah masa jabatannya berakhir pada bulan September.

Meskipun Thailand telah relatif berhasil dalam menahan wabah virus, pemerintah telah memperpanjang keadaan darurat negara itu untuk keempat kalinya selama satu bulan hingga 31 Agustus, untuk mencegah gelombang kedua infeksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper