Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Emas China Tipu Kreditur dengan 83 Ton Emas Batangan Palsu

Kasus ini melibatkan belasan lembaga keuangan China yang selama ini menyalurkan kredit hingga US$2,8 miliar dalam lima tahun ke perusahaan Wuhan Kingold Jewelry Inc.
Tumpukan emas batangan./Bloomberg
Tumpukan emas batangan./Bloomberg


Bisnis.com, JAKARTA - China tengah menjadi sorotan dunia. Tidak hanya terkait dengan pandemi Covid-19 atau perseteruaannya dengan Amerika Serikat (AS) dan India, tetapi juga tentang skandal penipuan emas terbesar.

Kasus ini melibatkan belasan lembaga keuangan China yang selama ini menyalurkan kredit hingga US$2,8 miliar dalam lima tahun ke perusahaan Wuhan Kingold Jewelry Inc. Dalam transaksi kredit tersebut, perusahaan menjaminkan emas batangan dan polis asuransi.

Kingold adalah produsen emas swasta terbesar di provinsi Hubei tengah China. Sahamnya terdaftar di bursa saham Nasdaq di New York. Perusahaan ini dipimpin oleh Jia Zhihong, seorang mantan militer. Jia merupakan pemegang saham pengendali.

Dikutip dari Caixin dan Nikkei Asian Review, sebanyak 83 ton emas batangan yang dipakai oleh Kingold sebagai jaminan ternyata palsu. Emas batangan tersebut hanya tembaga yang dilapis emas.

83 ton emas murni tersebut merupakan jaminan untuk pinjaman senilai 16 miliar yuan dan setara dengan 22 persen produksi emas tahunan di China dan 4,2 persen cadangan emas negara pada 2019.

Pinjaman ini juga dijamin dengan  polis asuransi properti senilai 30 miliar yuan yang dikeluarkan oleh PICC Property dan Casualty Co.Ltd. serta sejumlah perusahaan asuransi kecil lainnya.

Emas palsu ini ditemukan pada Februari 2020 ketika Dongguan Trust Co. Ltd. akan melakukan likuidasi jaminan Kingold untuk menutup pembayaran utangnya. Pada 2019, Kingold telah mengalami gagal bayar untuk sejumlah kreditnya.

Dongguan Trust yang pertama menemukan bahwa emas batangan tersebut hanya tembaga berlapis emas. Kabar ini menyebar ke semua kreditor Kingold. Minsheng Trust menemukan bahwa emas batangan yang disimpan mereka sebagai jaminan ternyata palsu.

Pada awal Juni, Minsheng Trust, Dongguan Trust dan kreditor yang lebih kecil Chang'An Trust mengajukan tuntutan hukum terhadap Kingold dan menuntut agar PICC menanggung kerugian mereka.

Pemerintah Hubei langsung membentuk gugus tugas khusus utuk mengawasi kasus ini. Shanghai Gold Exchang mendiskualifikasi Kingold sebagai anggota pada 24 Juni 2020.

Yang Berkilau Itu Bukan Emas

Seorang karyawan Dongguan Trust mengatakan perusahaannya melaporkan kasus tersebut ke polisi pada 27 Februari 2020, sehari setelah hasil pengujian dirilis.

Dongguan menuntut 1,3 miliar yuan kompensasi dari PICC P&C cabang Hubei. Kingold telah gagal membayar 1,8 miliar yuan pinjaman dari Dongguan Trust dengan tambahan 1,6 miliar yuan utang jatuh tempo pada bulan Juli.

Didirikan pada 2002 oleh Jia, Kingold sebelumnya adalah pabrik emas di Hubei yang berafiliasi dengan People's Bank of China dan memisahkan diri dari bank sentral selama restrukturisasi.

Dengan bisnis mulai dari desain perhiasan emas, manufaktur dan perdagangan, Kingold adalah salah satu produsen perhiasan emas terbesar di China.

Perusahaan memulai debutnya di Nasdaq pada 2010. Dikutip dari Nikkei, saham saat ini diperdagangkan sekitar US$1 per lembar dengan nilai pasar US$12 juta atau turun 70 persen dari tahun lalu.

Sebuah laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa Kingold memiliki US$3,3 miliar dari total aset pada akhir September 2019, dengan kewajiban US$2,4 miliar.

Caixin mengungkapkan dua kreditor lain telah mengikuti langkah Dongguan Trust dan Minsheng Trust untuk melakukan uji coba atas emas tersebut. Hasil emas batangan tersebut palsu.

Jia membantah bahwa perusahaan memberikan jaminan emas batangan palsu kepada kreditur.

Menurut Trading Economics yang dikutip oleh Business Today India, China berada di peringkat keenam dalam hal total cadangan emas dengan total cadangan 1.948,30 ton pada 31 Maret 2020.

Sementara itu, AS memimpin dengan total cadangan emas 8.134 ton diikuti oleh Jerman dan Italia dengan 3.364 ton dan 2.452 masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper