Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah jam kerja yang hilang di seluruh dunia pada pertengahan pertama tahun 2020 secara signifikan memburuk dari perkiraan sebelumnya.
Padahal menurut Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization) menyebut bahwa tingginya ketidakpastian pemulihan pada pertengahan tahun kedua tidak memadai untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi, bahkan dalam skenario terbaik, dan berisiko untuk melihat berlanjutnya hilangnya pekerjaan dalam skala besar.
Menurut Monitor ILO: Covid-19 dan dunia kerja: Edisi ke-5 yang dirilis pada Rabu (01/07/2020), terdapat penurunan 14 persen dari jam kerja global selama kuartal kedua tahun 2020.
Angka tersebut setara dengan hilangnya 400 juta pekerjaan penuh waktu (berdasarkan 48 jam kerja seminggu). Ini merupakan peningkatan tajam dari perkiraan Monitor yang sebelumnya (diterbitkan pada 27 Mei), yaitu penurunan sebesar 10,7 persen (305 juta pekerjaan).
"Figur baru ini mencerminkan memburuknya situasi di banyak wilayah selama beberapa minggu belakangan, terutama di perekonomian berkembang. Secara regional, hilangnya jam kerja untuk kuartal kedua adalah: Amerika (18,3 persen), Eropa dan Asia Tengah (13,9 persen), Asia dan Pasifik (13,5 persen), negara-negara Arab (13,2 persen), dan Afrika (12,1 persen)," tulis laporan tersebut.
Mayoritas terbesar adalah pekerja di dunia (93 persen) yang tinggal di negara-negara dengan adanya penutupan tempat kerja, dengan Amerika mengalami pembatasan terbesar.
Monitor terbaru ini memaparkan tiga skenario untuk pemulihan pada pertengahan kedua tahun 2020: berdasarkan data, pesimistis dan optimistis. Ini menekankan pada hasil jangka panjang yang tergantung pada perkiraan masa depan pandemi dan pilihan kebijakan pemerintah.
Model pendataan – yang mengasumsikan membaiknya kegiatan ekonomi sejalan dengan ramalan, pembebasan tempat kerja dari pembatasan dan pemulihan dalam konsumsi serta investasi – memproyeksikan penurunan jam kerja sebesar 4,9 persen (setara dengan 140 juta pekerjaan penuh waktu) dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2019.
Skenario pesimistis mengasumsikan gelombang kedua pandemi dan kembali berlakunya pembatasan yang akan memperlambat pemulihan secara signifikan. Konsekuensinya adalah membesarnya jam kerja yang hilang menjadi 11,9 persen (340 juta pekerjaan penuh waktu).
Skenario optimistis mengasumsikan pemulihan kegiatan pekerja yang cepat, yang mendorong permintaan dan penciptaan lapangan kerja secara signifikan. Dengan pemulihan yang sangat cepat ini, hilangnya jam kerja global akan berkisar 1,2 persen (34 juta pekerjaan penuh waktu).