Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Blokir Impor Daging AS, Rantai Perdagangan Global Terancam

China memblokir impor daging setelah ratusan karyawan dalam satu pabrik daging terinfeksi Covid-19.
Seorang pedagang nelayani pembeli daging babi di pasar Xinfadi di Beijing, China, pada 1 April 2020. Pasar itu diduga sebagai tempat sumber infeksi baru virus corona jenis Covid-19./Bloomberg/Gilles Sabrie
Seorang pedagang nelayani pembeli daging babi di pasar Xinfadi di Beijing, China, pada 1 April 2020. Pasar itu diduga sebagai tempat sumber infeksi baru virus corona jenis Covid-19./Bloomberg/Gilles Sabrie

Bisnis.com, JAKARTA - China menghentikan sementara impor unggas dari produsen makanan AS Tyson Foods Inc. setelah ratusan karyawan dinyatakan positif Covid-19.

Keputusan China itu kemudian memicu kekhawatiran atas implikasi yang lebih luas untuk ekspor daging global. Semua produk dari pabrik Tyson di Springdale, Arkansas, AS, yang akan atau telah tiba di pelabuhan China disita oleh bea cukai.

Di AS, ratusan pekerja terinfeksi virus dan puluhan diantaranya telah meninggal. Perusahaan mengatakan 13 persen dari pekerjanya dinyatakan positif virus Corona di pabrik di barat laut Arkansas. Ada juga infeksi baru-baru ini di fasilitas di Brasil dan Jerman.

"Ada kekhawatiran di China atas wabah virus Corona serius di AS," kata Lin Guofa, analis senior di Bric Agriculture Group, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Beijing, dilansir Bloomberg, Senin (22/6/2020).

Jika China terus menangguhkan pengiriman berdasarkan kasus virus Corona yang dilaporkan di pabrik pengolahan, sehingga itu juga bisa mengancam pembelian produk pertanian yang dijanjikan sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan Washington-Beijing.

Tyson, dalam sebuah pernyataan resmi, mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut dan mengutip bahwa Organisasi Kesehatan Dunia dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan tidak ada bukti bahwa penularan virus dikaitkan dengan makanan.

Seorang pejabat pabean China mengatakan negara itu menerima saran dari organisasi internasional bahwa ada risiko rendah dari makanan impor yang mentransmisikan virus.

Sementara itu, tempat pemotongan hewan Jerman minggu lalu secara sukarela menghentikan ekspor daging babi ke China setelah para pekerja diketahui terinfeksi.

Otoritas pabean China telah mulai menguji semua pengiriman daging impor, sementara pejabat di beberapa kota besar juga memeriksa produk di pasar domestik. Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, Bea Cukai China mengatakan 32.174 sampel makanan laut impor, daging, sayuran, buah-buahan dan produk terkait lainnya telah diuji negatif.

Pengawasan itu mungkin akan berdampak besar pada pengiriman makanan global. Sebelumnya, beberapa pekan setelah banyak negara mengendurkan karantina, impor daging AS dan negara produsen lainnya melonjak.

Data Departemen Pertanian AS menunjukkan, hingga April 2020, ekspor daging dan produk unggas AS, tidak termasuk telur, ke China bernilai US$152 juta. Nilai itu naik dari hanya sekitar US$ 7 juta pada periode yang sama 2019.

Meski demikian, Bric Agriculture's Lin menyatakan, pasar China menghadapi surplus ayam dari produksinya sendiri dan permintaan yang mandek. China juga mengimpor sebagian besar unggasnya dari Brasil, sedangkan AS hanya merupakan persentase kecil dari impor, sehingga penghentian hanya akan berdampak kecil pada pasar domestik.

Baru-baru ini, Beijing mencatatkan ratusan kasus baru setelah jeda dua bulan. Sejumlah kawasan kembali diberlakukan karantina dan jaringan transportasi terganggu dengan lebih dari 800 penerbangan dibatalkan pada hari Jumat.

Sementara itu, PepsiCo China mengatakan akan menutup pabrik makanan di Beijing meski perusahaan melakukan tes pada semua karyawan di pabrik dan seluruhnya dinyatakan negatif. PepsiCo juga mengkarantina 480 pekerja.

PepsiCo China kemudian mengatakan dalam sebuah posting WeChat bahwa tidak ada pabrik minumannya di negara itu yang melaporkan kasus virus tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper