Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Swiss diperkirakan akan mengalami kontraksi terbesar sejak pertengahan 1970-an tahun ini, dengan risiko stabilitas keuangan meningkat secara global karena meningkatnya utang perusahaan dan negara.
“Risiko pergolakan di pasar keuangan dan tekanan ke atas lebih lanjut pada nilai tukar franc Swiss tinggi,” ungkap Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO) dalam sebuah pernyataan pada Selasa (16/6/2020), dikutip dari Bloomberg.
Seperti halnya yang dialami banyak negara berekonomi maju, momentum untuk Swiss menurun setelah teater, toko-toko dan restoran ditutup dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran virus Corona (Covid-19).
Sementara itu, nilai tukar franc, yang biasa diburu investor sebagai safe haven, terapresiasi ke level tertinggi lima tahun terhadap euro selama krisis kesehatan ini. Hal tersebut menjadi peredam lebih lanjut bagi perekonomian sekaligus menambah beban pemerintah.
SECO memperkirakan ekonomi Swiss akan terkontraksi 6,2 persen pada 2020. Pertumbuhan ekonomi kemudian diprediksi akan pulih menjadi 4,9 persen tahun depan.
Meski aktivitas di Swiss mulai pulih, tingkat pengangguran masih meningkat dan banyak negara tetangga, yang merupakan mitra dagang utama, telah merasakan dampak pandemi yang lebih parah.
Baca Juga
“Kejadian lain dari wabah itu akan memperlambat pemulihan serta meningkatkan kemungkinan dampak ekonomi putaran kedua yang lebih serius seperti gelombang besar PHK dan kebangkrutan,” tambah SECO.