Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lockdown Mengendur, Harga Rumah di Inggris Naik

Harga rumah di Inggris dilaporkan naik seiring dengan dilonggarkannya lockdown yang telah membekukan pasar.
Seorang lelaki menyeberangi sebuah jalan di London, Inggris, berlatar belakang deretan properti residensial./Bloomberg/Hollie Adams
Seorang lelaki menyeberangi sebuah jalan di London, Inggris, berlatar belakang deretan properti residensial./Bloomberg/Hollie Adams

Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah di Inggris dilaporkan naik seiring dengan dilonggarkannya lockdown yang telah membekukan pasar.

Operator website properti Rightmove Plc. pada Senin (15/6/2020) melaporkan penawaran harga untuk rumah di Inggris naik 1,9 persen pada Juni dibandingkan dengan bulan Maret. Dengan demikian, nilai rata-rata harga menjadi 337.884 pound (US$424.000).

Dengan tindak pembatasan yang diberlakukan untuk menahan persebaran penyakit virus Corona (Covid-19) dilonggarkan pada Mei, para agen dapat kembali memasarkan rumah-rumah.

“Para pembeli setuju untuk membayar sekitar 98 persen dari harga yang diminta, dan pencari rumah yang terpendam karena perintah tinggal di rumah (stay at home) mendorong traffic website mengalami sepuluh hari tersibuk pada Mei dan Juni,” papar Rightmove, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Mereka mencari lebih banyak ruang dan taman yang lebih besar,” demikian menurut Rightmove dalam laporannya.

Direktur Rightmove Miles Shipside mengatakan para pembeli sekarang mungkin mencoba untuk mengambil tindakan dengan cepat, karena ada tanda-tanda permintaan terpendam yang tinggi dan tekanan harga ke atas, ketimbang ke bawah.

“Tidak ada tanda-tanda aksi jual yang dilakukan dengan panik atau bahkan penurunan harga,” terang Shipside.

Di sisi lain, tetap ada pertanyaan tentang kekuatan pemulihan ekonomi dan prospek pekerjaan untuk masyarakat Inggris. Pertumbuhan ekonomi Inggris terkontraksi hingga 20,4 persen pada April 2020 karena bisnis dan pekerja terdampak pembatasan untuk mengendalikan pandemi Covid-19.

Kontraksi tersebut merupakan rekor terdalam dan jauh lebih buruk dari penurunan 5,8 persen pada Maret. Oleh karenanya, tekanan terhadap pemerintah meningkat untuk terus melanjutkan rencana pelonggaran pembatasan pada industri yang tengah berjuang bertahan dari resesi.

“Kendati pasokan perumahan baru mulai pulih, jumlah penjual berkurang lebih dari 175.000 orang antara akhir Maret dan pertengahan Mei dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap Rightmove.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper