Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

132 Anggota PBB Teken Pernyataan Bersama Lawan 'Infodemic'

Infodemic merupakan istilah yang digunakan Sekjen PBB dan merujuk pada penyebaran disinformasi yang berbahaya terhadap kesehatan dan keamanan manusia.
Poster Bersama Lawan Corona_Stop Hoax
Poster Bersama Lawan Corona_Stop Hoax

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membuat pernyataan bersama untuk melawan penyebaran disinformasi terkaid pandemi virus corona atau Covid-19.

Pernyataan bersama bertajuk Cross-Regional Statement on Infodemic in the Context of Covid-19 itu diprakarsai oleh 13 negara, termasuk Indonesia.

Ke-12 negara yang juga menjadi prakarsa pernyataan bersama itu adalah Afrika Selatan, Australia, Chile, Georgia, India, Latvia, Lebanon, Mauritius, Meksiko, Norwegia, Prancis, dan Senegal.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa 132 dari 193 negara anggota PBB telah mendukung pernyataan bersama itu pada 12 Juni 2020. Dengan begitu, dia mengharapkan kerja sama internasional yang lebih erat lagi dalam menangani dampak informasi sesat di tengah pandemi.

"Indonesia selalu berupaya mengedepankan fakta dan sumber resmi terkait Covid-19, untuk menghindari timbulnya mispersepsi informasi," , dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (13/6/2020).

Dalam pernyataan bersama itu disebutkan bahwa infodemic (istilah yang digunakan oleh Sekjen PBB, merujuk pada penyebaran disinformasi) bisa berbahaya terhadap kesehatan dan keamanan manusia. Bahkan, disinformasi tersebut sama seperti wabah itu sendiri.

"Atas alasan itu, kami menyerukan semua pihak agar segera menghentikan penyebaran informasi keliru serta memperhatikan rekomendasi PBB untuk menangani isu ini, termasuk Nota Arahan PBB untuk Menyasar dan Melawan Covid-19 terkait Ujaran Kebencian, 11 Mei 2020," demikian salah satu isi paragraf dalam kesepakatan bersama.

Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani, berharap prakarsa tersebut juga bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencari informasi dari sumber terpercaya serta tidak mudah terpengaruh dengan informasi keliru atau berita palsu.

"Kita harus lebih bijak dalam menyaring informasi dan data yang tersedia, serta memastikan keakuratan informasi yang diterima sebelum menyebarkannya kepada pihak lain," kata Djani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper