Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Memanas, Investasi China di Australia Anjlok 58 Persen

Jumlah perjanjian investasi China di Australia turun 43 persen menjadi 42 pada tahun 2019 dari sebelumnya 74 perjanjian pada 2018.
Kegiatan konstruksi gedung di Australia/ Bloomberg
Kegiatan konstruksi gedung di Australia/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai investasi China ke Australia anjlok 58,4 persen ke level terendah sejak 2007, senilai US$2,39 miliar (A$3,4 miliar).

Dilansir dari Bloomberg, pada Selasa (9/6/2020), laporan dari KPMG dan University of Sydney bertajuk The Demystifying Chinese Investment in Australia menunjukkan jumlah perjanjian investasi China di Australia turun 43 persen menjadi 42 pada tahun 2019 dari sebelumnya 74 perjanjian pada 2018.

Salah satu perjanjian yang ditandatangani, akuisisi Bellamy’s Australia Ltd oleh Mengniu Dairy Co. Sebesar A$1,5 miliar mencakup 43,7 persen dari keseluruhan perjanjian di tahun 2019. Sektor makanan dan agrikultur mendominasi proporsi investasi pada 2019 dengan 44 persen atau A$1,53 miliar.

Sementara itu, sektor properti berkontribusi sebesar 43 persen dari nilai keseluruhan investasi China di Australia sebesar A$1,48 miliar.

Munculnya laporan ini semakin memperlihatkan adanya kerengganan hubungan diplomatik antara China dengan Negeri Kangguru tersebut. Pada Jumat lalu, pemerintah Australia mengumumkan kebijakan untuk memperketat persyaratan investor asing yang hendak membeli aset-aset sensitif seperti telekomunikasi, energi, teknologi, dan teknologi pertahanan.

Head of Asia KPMG Australia Doug Ferguson menyatakan penurunan nilai investasi salah satunya disebabkan oleh pengetatan regulasi oleh pemerintah China dalam perjanjian internasional. Selain itu, badan usaha milik negara China juga mengurangi investasi di negara maju dan lebih memilih menanamkan modal di negara berkembang.

Di sisi lain, China juga memandang negatif pengetatan regulasi yang dilakukan pemerintah Australia.

“Perusahaan asal China telah menanamkan modal lebih dari US$107 miliar di Australia sejak 2008 dan turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi negara itu. Namun, jumlah investasi mulai melambat dan kemungkinan tren ini akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan,” jelasnya.

Langkah pengetatan yang dilakukan Australia kian memperburuk hubungan kedua negara tersebut. Beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison meminta adanya komite independen untuk menyelidiki asal usul virus Corona di Wuhan yang membuat China marah.

Sementara itu, pemerintah Australia juga telah menetapkan tarif baru terhadap tanaman jelai dan pelarangan impor daging dari sejumlah pabrik yang menimbulkan kekhawatiran di Canberra bahwa China akan melakukan tindakan balasan.

Pada Sabtu lalu, pemerintah China memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Australia. Pemerintah beralasan Australia merupakan tempat yang tidak aman karena adanya diskriminasi dan tindak kekerasan terhadap warga asal China dan orang Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper