Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Pesan Wapres Ma'ruf bagi Pebisnis Syariah di Era New Normal

Tatanan baru atau New Normal akan menciptakan perubahan kebiasaan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin berjalan usai menyampaikan keterangan kepada wartawan tentang penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Senin (23/3/2020).  Wapres meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait jenazah pasien positif virus corona (COVID-19) yang meninggal dunia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Wakil Presiden Ma'ruf Amin berjalan usai menyampaikan keterangan kepada wartawan tentang penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Senin (23/3/2020). Wapres meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait jenazah pasien positif virus corona (COVID-19) yang meninggal dunia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku bisnis berbasis syariah harus segera menyesuaikan diri dengan pemberlakuan tatanan baru atau new normal.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan tatanan baru akan menciptakan perubahan kebiasaan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan. Dia mencontohkan transaksi perbankan akan lebih fokus pada layanan internet banking, sementara pembelanjaan produk juga akan semakin fokus pada transaksi online.

Pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah juga harus disertai dengan pengembangan teknologi digital untuk mendukung seluruh aktivitas ekonomi dan keuangan Syariah tersebut.

"Pelaku ekonomi Syariah harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut, sehingga pemanfaatan teknologi digital dan transaksi online menjadi mutlak diperlukan," katanya dalam sambutan acara webinar yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Kamis (4/6/2020).

Dia mengakui, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah masih jauh dibandingkan dengan potensinya. Potensi lainnya yang perlu dimanfaatkan adalah terkait dengan industri produk halal.

Memasuki masa tatanan new normal, kata Ma'ruf, sejumlah kegiatan usaha akan dibuka secara bertahap. Pelaku ekonomi, termasuk ekonomi syariah harus dapat menyesuaikan diri dengan tahapan tersebut.

"[Sektor] penyedia makanan dan minuman seperti restoran, akan lebih dahulu dibuka secara terbatas dan menyusul kegiatan ekonomi lain yang berskala besar seperti pusat perbelanjaan.

Selain itu, produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan juga menjadi peluang baru. Pelaku ekonomi syariah dapat turut menyediakan berbagai produk dan jasa yang terkait. Seperti penyediaan masker, hand sanitizer, pelindung wajah (face shield) yang sebagian besar dapat dikerjakan oleh UMKM.

Tak hanya memenuhi kebutuhan domestik, pasar global memiliki potensi yang sangat besar. Pada 2017, produk pasar halal dunia mencapai US$2,1 triliun dan akan berkembang terus menjadi US$3 triliun pada 2023.

"Kita harus dapat memanfaatkan potensi pasar halal dunia ini dengan meningkatkan ekspor kita yang saat ini baru berkisar 3,8 persen dari total pasar halal dunia. Kita harus bisa mengejar Brazil," lanjutnya.

Berdasarkan laporan Global Islamic Economic Report tahun 2019, merupakan eksportir produk makanan dan minuman halal, termasuk daging sapi dan unggas, nomor satu dunia dengan nilai US$5,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper