Bisnis.com, JAKARTA— Pengembang media sosial, Twitter Inc., menunjuk bos baru yakni Patrick Pichette yang pernah mengisi jabatan wakil presiden senior dan direktur keuangan di Google.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/6/2020), penunjukkan Pichette menggantikan Omid Kordestani yang resmi meninggalkan jabatan chairman pada Senin (1/6/2020).
Adapun, pria berdarah Kanada itu sebelumnya memimpin direktur independen sejak Desember 2018. Kendati tak lagi mengisi jabatan chairman, Kordestani masih menjabat sebagai direktur non-karyawan.
“Kami percaya bahwa saat ini merupakan waktu terbaik untuk meningkatkan struktur penatakelolaan kami sejalan dengan praktik terbaik,” ujar Pichette.
Masalah penatakelolaan Twitter mencuat ketika activist investor Elliot Management Corp menantang CEO Twitter Jack Dorsey dan berpotensi menggantikannya.
Keinginan untuk memiliki direktur independen merupakan salah satu isu yang diangkat oleh Elliot untuk meningkatkan penatakelolaan perusahaan. Adapun, Pichette merupakan chairman independen pertama di Twitter.
Pada rapat tahunan Twitter pekan lalu, hanya tiga dari 11 direktur yang bisa dipilih kembali termasuk Kordestani. Hal itu juga yang didorong oleh Elliot.
Elliot mendorong perubahan pada tubuh Twitter untuk meningkatkan kepemimpnan termasuk mengkaji apakah Dorsey akan digantikan.Tujuan perubahan tersebut yakni peningkatan efisiensi operasional dan potensi kesaslahan sehingga perusahaan bisa mengeksekusi strategi lebih baik.
Pasalnya, beberapa hambatan terjadi pada setahun belakangan di tubuh media sosial berlogo burung biru muda itu yang mereduksi harga saham.
Twitter pun menunjuk tiga direktur baru dalam jajaran direksi dan membentuk komite khusus yang mengkaji kepemimpinan, suksesi dan penatakelolaan. Komitet ini akan memberikan rekomendasi pada akhir tahun.
Pekan lalu, Twitter mengambil aksi perlawanan terhadap Presiden AS Donald Trump untuk pertama kalinya dengan membubuhkan fitur cek fakta pada cuitan. Pembubuhan cek fakta tersebut sebagai respons kritik terhadap media sosial itu karena dianggap gagal memblok kiriman menyerang dan kasar dari presiden kepada para pengguna Twitter.