Bisnis.com, JAKARTA— Kasus virus corona di Amerika Serikat mencatatkan kenaikan sebesar 1,2 persen ke 1,82 juta.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/6/2020), kenaikan kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan yang tercatat pada Senin yakni 1 persen. Adapun, kenaikan kasus secara total di AS berasal dari kenaikan kasus di empat negara bagian.
Pertama, kasus di Texas naik tertinggi dibandingkan dengan tiga negara bagian lainnya dengan 2,6 persen ke 55.568 kasus. Kenaikan rata-rata selama tujuh hari mencapai 2,1 persen. Data Departemen Kesehatan pun menunjukkan bahwa jumlah pasien yang dirawat naik 1 persen ke 1.773 pasien.
Kedua, California dengan kenaikan 2 persen ke 115.310 kasus. Di sisi lain, jumlah kematian akibat virus corona naik 0,8 persen ke 4.286 kasus.
Ketiga, Florida merealisasikan kenaikan kasus sebesar 1,1 persen ke 57.447 dibandingkan dengan rata-rata kenaikan tujuh hari sebelumnya yakni 1,3 persen. Mengacu pada Data Departemen Kesehatan, angka kematian naik 2,8 persen ke 2.530 atau kenaikan tertinggi sejak 8 Mei.
Keempat, kasus di New York naik 0,4 persen ke 373.040 dibandingkan dengan rata-rata kenaikan selama tujuh hari terakhir yakni 0,3 persen.
Di tengah penambahan kasus baru di AS, Wali Kota Bill de Blasio tetap berencana membuka kembali Kota New York pada pekan depan. Aksi protes terkait dengan kematian Floyd pun tak menjadi penghalang rencana tersebut.
“Sulit dipercaya bahwa hanya beberapa hari lalu kita semua membicarakan tentang pandemi. Pandemi ini masih ada dan kita harus menanganinya. Kami harus membuka kembali kota ini,” katanya.
Pekan lalu, dia memprakrakan bahwa 200.000 hingga 400.000 orang akan kembali bekerja. Pekerjaan di beberapa sektor seperti konstruksi, manufaktur, grosir dan ritel menjadi sektor yang kembali memulai kegiatannya pada pelonggaran fase pertama.
Gubernur New York, Andrew Cuomo pun memperingatkan bahwa massa yang memprotes kasus kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam bsa meningkatkan penyebaran virus corona dan memukul mundur upaya penerapan pembatasan sosial.
Dari data Johns Hopkins University, total kasus secara global mencapai 6,34 juta dengan Brasil di urutan kedua dan Rusia di urutan ketiga. Kasus di Brasil mencapai 526.447 kasus dan Rusia 423.186 kasus.