Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Siapkan RUU Keamanan di Hong Kong, Investor Diperkirakan Bakal Kabur

Penerapan UU Keamanan di Hong Kong diperkirakan bisa mendorong pelarian modal dan perusahaan unggul dari pusat keuangan Asia, menurut sejumlah bankir dan perusahaan sumber daya manusia.
Ilustrasi-Bangunan residensial di Hong Kong./Bloomberg-Justin Chin
Ilustrasi-Bangunan residensial di Hong Kong./Bloomberg-Justin Chin

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana China memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong mendapat respons negatif.

Penerapan UU Keamanan di Hong Kong diperkirakan bisa mendorong pelarian modal dan perusahaan unggul dari pusat keuangan Asia, menurut sejumlah bankir dan perusahaan sumber daya manusia.

Rancangan Undang-undang (RUU) yang diusulkan itu telah memicu kekhawatiran akan kebebasan di kota semi-otonom tersebut.

Sebelumnya muncul demonstrasi besar-besaran untuk menolak rencana Pemerintah China itu dan beberapa orang kaya mulai mencari pilihan investasi di tempat lain.

"Dalam beberapa kasus di mana klien mengalami sedikit inersia dan berharap hal-hal yang terjadi tahun lalu akan hilang, kini mereka malah akan berupaya mengurangi risiko atas konsentrasi kekayaan mereka di sini," kata seorang bankir senior di sebuah bank swasta Eropa seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (22/5/2020).

Dia mengatakan pada tahun lalu banyak kliennya mengajukan rencana alternatif dan akan memindahkan aset keluar dari Hong Kong. Dia mengaku sudah menerima beberapa pertanyaan untuk mengaktifkan rencana itu sekarang, kata bankir yang perusahaannya mengelola aset di atas US$200 miliar trsebut.

Bankir tersebut menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Sementara itu indeks pasar saham utama Hong Kong turun lebih dari 5 persen pada hari ini.

Secara global, Hong Kong berada di peringkat kedua dalam kekayaan per orang dewasa setelah Swiss pada pertengahan 2019. Kota ini berada di peringkat ke-10 dalam hal jumlah individu dengan kekayaan sangat tinggi atau mereka yang memiliki aset lebih dari US$50 juta, menurut Credit Suisse.

Hong Kong bersaing ketat dengan Singapura sebagai pusat keuangan utama Asia. Bank swasta global termasuk Credit Suisse dan UBS, serta para manajer kekayaan Asia memiliki operasi regional mereka di dua hub tersebut.

"Kami memiliki contoh saat klien mempertimbangkan untuk berinvestasi di Hong Kong. Tetapi karena protes pada tahun 2019, mereka memutuskan untuk pindah ke Singapura sebagai gantinya," kata Rahul Sen, seorang klien perusahaan itu yang berbasis di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper