Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Beda Pandangan Anthony Fauci dengan Donald Trump

Fauci justru menilai pembukaan aktivitas ekonomi sangat membahayakan, apalagi angka persebaran kasus di AS masih relatif tinggi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam konferensi pers di Hotel JW Marriott, di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Jorge Silva
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam konferensi pers di Hotel JW Marriott, di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Jorge Silva

Bisnis.com, JAKARTA - Ilmuwan sekaligus pakar penyakit menular paling kondang di AS, Anthony Fauci mengingatkan pemerintah negaranya bahwa pelonggaran lockdown yang terlalu dini adalah sikap berbahaya.

Peringatan tersebut disampaikan Fauci saat rapat virtual dengan Senat dan Komite Kesehatan AS.

"Secara paradoks, itu tidak menjamin terhindarnya penderitaan dan kematian. Sikap itu bahkan bisa membuat Anda mengalami kemunduran, termasuk dalam konteks penyelamatan ekonomi," ujar Fauci seperti diwartakan Bloomberg.

Pernyataan Fauci itu memunculkan perdebatan di kalangan Senat. Sebab, imbauan Fauci jelas bertolak belakang dengan sikap Presiden Donald Trump.

"Aku ingin [kegiatan ekonomi] dibuka dengan hati-hati. Pokoknya ini harus dimulai," ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih Senin (11/5).

Dalam dua pekan terakhir Trump terus menggembar-gemborkan tentang bagaimana pentingnya memulai kembali aktivitas ekonomi.

"Sebelum kita saling tunjuk, ada baiknya saya ingatkan bahwa kita semua awalnya sama-sama meremehkan virus ini," ujar Senator Republik Lamar Alexander.

Di sisi lain, senator Demokrat Patty Murray menilai sudah saatnya pemerintahan Trump berdamai dengan keadaan. Perubahan pendekatan, menurutnya, sangat diperlukan.

"Sejauh ini respons pemerintahan Trump terkait darurat kesehatan ini justru menghasilkan kekacauan demi kekacauan," ucapnya.

Per hari Rabu (13/5/2020) kasus positif Corona di Negeri Paman Sam sudah melampaui angka 1,4 juta. Jumlah korban sembuh berada di kisaran 237.000, dan angka kematian telah mencapai 83.082 jiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper