Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Beri Rekomendasi Perusahaan Negara Agar Tak Jadi Beban Saat Pandemi

Tidak sedikit perusahaan negara yang membebani keuangan pemerintah, mulai dari perusahaan minyak nasional yang berurusan dengan penurunan besar dalam harga minyak, hingga maskapai penerbangan nasional tanpa cukup banyak penumpang yang bepergian.
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan milik negara memegang peran penting di layanan dan sektor-sektor publik. Di masa pandemi, perusahaan negara juga diharapkan menjadi bagian dari upaya menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian masyarakat, mulai dari utilitas publik yang menyediakan layanan penting, atau bank umum yang memberikan pinjaman kepada usaha kecil.

Pemerintah, seperti di Brasil, Kanada, Jerman, dan India telah meminta bank-bank publik mereka untuk membantu mengurangi dampak pandemi saat ini. Namun demikian, tidak sedikit pula yang justru membebani keuangan negara, mulai dari perusahaan minyak nasional yang berurusan dengan penurunan besar dalam harga minyak, hingga maskapai penerbangan nasional tanpa cukup banyak penumpang yang bepergian.

Dalam laporannya, ekonom Dana Moneter Internasional atau IMF, Vitor Gaspar, Paulo Medas, and John Ralyea menjabarkan sejumlah langkah agar BUMN tidak menjadi beban keuangan negara dan meningkatkan kinerja di masa sulit ini.

"Di masa ketika pemerintah menghadapi tuntutan yang meningkat dan berjuang dengan utang yang tinggi, prinsip utama perusahaan milik negara adalah tidak menyia-nyiakan sumber daya publik," tulis para ekonom dalam laporan itu, dilansir Rabu (13/5/2020).

Adapun rekomendasi tersebut yaitu, pertama, pemerintah harus secara teratur meninjau apakah suatu perusahaan masih diperlukan dan apakah memberikan nilai untuk pembayar pajak.

Misalnya, Jerman melakukan tinjauan dua tahunan. BUMN yang bergerak di sektor kompetitif, seperti manufaktur, dapat dipertimbangkan kehadirannya mengingat perusahaan swasta biasanya menyediakan barang dan jasa dengan lebih efisien.

Kedua, negara perlu menciptakan insentif yang tepat bagi para manajer untuk melakukan pekerjaannya serta lembaga-lembaga pemerintah untuk mengawasi dengan baik setiap perusahaan. Transparansi penuh dalam kegiatan perusahaan sangat penting untuk meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi korupsi.

"Memasukkan perusahaan milik negara dalam target anggaran dan utang juga akan menciptakan insentif yang lebih besar untuk disiplin fiskal. Banyak aspek praktik ini ada, misalnya, di Selandia Baru," lanjutnya.

Ketiga, pemerintah juga perlu memastikan perusahaan milik negara didanai dengan baik untuk mencapai mandat ekonomi dan sosialnya, seperti di Swedia. Ini sangat penting dalam menanggapi krisis, sehingga bank umum dan utilitas memiliki sumber daya yang cukup untuk menyediakan pinjaman, air, dan listrik bersubsidi selama pandemi ini, serta dalam mempromosikan tujuan pembangunan.

Keempat, memastikan lapangan kerja yang adil bagi perusahaan milik negara dan perusahaan swasta. Hal ini akan memiliki efek positif dengan mendorong produktivitas yang lebih besar dan menghindari proteksionisme.

Beberapa negara telah membatasi perlakuan istimewa terhadap perusahaan milik negara, seperti Australia dan Uni Eropa. Secara global, jalan ke depan yang potensial adalah menyepakati prinsip-prinsip untuk memandu perilaku internasional perusahaan milik negara.

Mereka melanjutkan, perusahaan milik negara hadir di semua negara. Di beberapa negara, seperti China, Jerman, India, dan Rusia, jumlahnya mencapai ribuan.

IMF mencatat, beberapa BUMN juga merupakan perusahaan multinasional, yang beroperasi di seluruh dunia. Total aset bernilai hingga US$45 triliun, setara dengan setengah dari PDB global.

Dengan mengambil sampel dari sekitar 1 juta perusahaan di 109 negara, para ekonom menemukan bahwa sepertiga perusahaan milik negara kurang produktif daripada perusahaan swasta.

Kinerja yang lemah ini sebagian disebabkan oleh tata kelola yang buruk. Internasionalisasi perusahaan milik negara juga telah meningkatkan kekhawatiran tentang keuntungan yang tidak adil atas perusahaan swasta karena dukungan pemerintah termasuk pinjaman murah atau manfaat pajak. Kekhawatiran ini telah lama hadir di pasar domestik, tetapi baru-baru ini meluas melintasi perbatasan nasional dan dapat memicu tindakan proteksionis.

Menurut para ekonom, perusahaan milik negara yang dikelola dengan baik dan sehat secara keuangan dapat membantu memerangi krisis seperti pandemi dan mempromosikan tujuan pembangunan.

"Namun, untuk memenuhi ini, banyak yang membutuhkan reformasi lebih lanjut. Kalau tidak, biaya untuk masyarakat dan ekonomi bisa besar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper