Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Swedia dan Langkah 'Kontroversial' untuk Perangi Covid-19

Di saat negara-negara di penjuru dunia menerapkan pembatasan ketat untuk, Swedia mengambil pendekatan yang berbeda untuk menekan penyebaran masif virus corona. Namun, langkah ini bukan tanpa risiko sama sekali.
Suasana di Kungstradgarden park di Stockholm, Swedia/ Bloomberg - Mikael Sjoberg
Suasana di Kungstradgarden park di Stockholm, Swedia/ Bloomberg - Mikael Sjoberg

Bisnis.com, JAKARTA – Di saat negara-negara di penjuru dunia menerapkan pembatasan ketat untuk, Swedia mengambil pendekatan yang berbeda untuk menekan penyebaran masif virus Corona.

Namun, langkah ini bukan tanpa risiko sama sekali. Alih-alih menerapkan lockdown atau keadaan darurat, negara Eropa ini meminta warganya untuk mempraktikkan social distancing yang sebagian besar bersifat sukarela.

Pihak berwenang Swedia memberlakukan sejumlah pembatasan, namun hanya terbatas pada larangan pertemuan umum yang dihadiri lebih dari 50 orang, penghentian layanan di bar, serta pembelayaran jarak jauh oleh sekolah menengah dan universitas. Tetapi Swedia tidak menerapkan kontrol, denda, ataupun pengawasan yang ketat.

Warga Swedia mengubah perilaku mereka, tetapi tidak se-ekstrim warga negara demokrasi Barat lainnya. Foreignaffairs.com menyebut banyak restoran masih dibuka meskipun aktivitas menurun, anak-anak juga masih di pergi ke sekolah.

Berbeda dengan negara tetangga Norwegia dan sejumlah negara Asia lainnya, Swedia tidak memperkenalkan teknologi atau aplikasi penelusuran berbasis lokasi, sehingga menghindari ancaman terhadap privasi dan otonomi pribadi.

Pihak berwenang Swedia belum secara resmi menyatakan rencana mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, yang diyakini sebagian besar ilmuwan tercapai ketika lebih dari 60 persen populasi telah terinfeksi oleh virus. Tetapi menambah kekebalan tidak diragukan lagi adalah bagian dari strategi pemerintah yang lebih luas.

Kepala ahli epidemiologi di Badan Kesehatan Masyarakat Swedia Anders Tegnell memproyeksikan bahwa kota Stockholm dapat mencapai herd immunity pada awal bulan ini.

Berdasarkan asumsi perilaku terbaru, ahli matematika Universitas Stockholm Tom Britton telah menghitung bahwa 40 persen kekebalan warga di ibukota cukup untuk menghentikan penyebaran virus di sana dan ini bisa terjadi pada pertengahan Juni.

Langkah-langkah ‘longgar’ ini menarik perhatian pihak lain yang skeptis bahwa lockdown merupakan cara yang efektif menekan penyebaran virus. Dilansir dari Washington Post, mereka bahkan yang menyebut ini sebagai "model Swedia" yang dapat menjadi contoh bagaimana negara demokrasi Barat harus berurusan dengan pandemi.

Inn menjadi alasan utama di kalangan konservatif Amerika yang menyesalkan dampak ekonomi oleh oleh pembatasan jarak sosial. Bahkan untuk kalangan nonkonservatif, pendekatan Swedia saat ini disebut sebagai 'alternatif' yang jelas untuk apa yang berlaku.

Kolumnis New York Times Thomas Friedman menyarankan akhir pekan ini bahwa Presiden Trump mungkin berharap untuk mengikuti Swedia ketika ia berusaha untuk membuka kembali perekonomian AS.

Memerangi Covid-19 adalah upaya jangka panjang, yang berarti lockdown sementara pada akhirnya akan menjadi bumerang. Begitu (lockdown) dicabut, tingkat infeksi akan kembali naik,” ungkap Tegnell, seperti dikutip Bloomberg.

Sebaliknya, Tegnell mengatakan pembatasan moderat yang memungkinkan banyak kehidupan normal untuk berlanjut lebih mungkin untuk membantu membimbing masyarakat melewati pandemi yang memiliki masa hidup yang panjang.

Cara Denmark

Strategi sejauh ini membantu melindungi dampat terburuk terhadap ekonomi. Namun langkah ini masih memiliki risiko besar. Angka kematian Swedia mencapai sekitar 32 per 100.000 orang, lebih tinggi dibandingkan AS yang mencapai 32 dan sekitar 9 di negara tetangga Denmark.

Tetap saja, langkah Swedia ini sangat kontroversial jika dibandingkan dengan negara Eropa Timur lain seperti Denmark, yang memilih untuk memberlakukan lockdown ketat sejak awal.

Denmark sekarang berada dalam fase kedua pembukaan kembali perekonmian. Terlebih lagi, data terkini bahkan menunjukkan tingkat infeksi di sana menurun, dan tingkat kematiannya sejauh ini kurang dari sepertiga Swedia.

Denmark membuka sebagian besar perekonomian pada pertengahan April, termasuk sekolah dasar dan salon tata rambut. Pekan ini, toko-toko ritel Denmark dibuka untuk pertama kalinya dalam dua bulan, yang akan disusul rencana pembukaan museum dan bioskop.

Atur Ulang Strategi

Tingkat kematian yang melonjak pada akhirnya membuat Swedia menyesuaikan strateginya untuk berurusan dengan Covid-19. Pemerintah Perdana Menteri Stefan Lofven berencana untuk menghabiskan sekitar 2,2 miliar kronor (US$220 juta) untuk menambah tingkat staf yang membantu melindungi warga negara tertua di negara itu.

Sementara itu, 2 miliar kronor lainnya akan digunakan untuk memberikan kompensasi kepada otoritas lokal atas biaya tambahan yang mereka keluarkan dalam menangani pandemi.

Seperti di tempat lain, kematian terbesar akibat Covid-19 dialami oleh lansia secara tidak proporsional. Tetapi para kritikus berpendapat bahwa banyak dari kematian itu bisa dihindari jika pihak berwenang mengambil lebih banyak langkah untuk memusatkan perhatian pada demografi yang paling rentan.

Awal bulan ini, Swedia mengatakan para jaksa telah memulai penyelidikan tingkat kematian yang tinggi di rumah perawatan. Data Statistik Nasional menunjukkan lebih dari setengan korban meninggal akibat Covid-19 dan berusia lebih dari 70 tahun di Swedia tinggal di panti jompo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper