Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pejabat CDC: AS Kehilangan Kesempatan untuk Perlambat Corona

Berbicara di sebelah Presiden Donald Trump, orang nomor dua di Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) terang-terangan mengatakan AS kehilangan kesempatan untuk memperlambar sebaran virus Corona.
Dr Anne Schuchat, pejabat nomor dua di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS (kanan)./Bloomberg
Dr Anne Schuchat, pejabat nomor dua di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS (kanan)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Berbicara di sebelah Presiden Donald Trump, orang nomor dua di Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan Penyakit, CDC, terang-terangan mengatakan AS kehilangan kesempatan untuk memperlambar sebaran virus Corona.

"Pemerintah Amerika Serikat terlambat memahami berapa banyak virus Corona menyebar dari Eropa, yang membantu mendorong percepatan wabah di seluruh negara," kata Dr Anne Schuchat, pejabat nomor dua di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, seperti diberitakan dalam live udate Aljazeera.com, Sabtu (2/5/2020).

Sementara itu dengan mengutip AP, staradvertiser.com menyebutkan bahwa Schuchat, wakil direktur utama CDC, berbicara dalam konferensi pers tentang virus Corona di Ruang Brifieng Brady di Gedung Putih, Washington. Schuchat menyatakan itu semua ketika Presiden Donald Trump berdiri di belakangnya.

Terlambatnya pengujian dan lambatnya peringatan perjalanan (travel advisory) di luar China berkontribusi pada lonjakan kasus di AS yang dimulai pada akhir Februari, kata Schuchat.

"Kami jelas tidak mengetahui sepenuhnya [kasus] impor [virus] yang terjadi," kata Schuchat kepada Associated Press.

Virus Corona pertama kali dilaporkan akhir tahun lalu di Cina, sebagai pusat awal pandemi global. AS sejak saat itu menjadi negara yang paling terdampak. Sekitar sepertiga dari kasus yang dilaporkan di dunia dan lebih dari seperempat kematian terjadi di Amerika Serikat.

CDC hari ini menerbitkan sebuah artikel, ditulis Schuchat, yang menelaah kembali tanggapan AS, merangkum beberapa keputusan utama dan peristiwa dalam beberapa bulan terakhir. Langkah tersebut menunjukan bahwa badan kesehatan publik top negara itu melewatkan peluang untuk memperlambat penyebaran.

Sementara beberapa ahli kesehatan masyarakat melihatnya sebagai asesmen penting dari salah seorang dokter kesehatan masyarakat yang paling terpandang di negara itu.

CDC bertanggung jawab untuk mengenali, melacak dan mencegah penyakit. Namun, dalam kasus Corona, agensi tersebut terkesan tidak terlalu memberi perhatian, sementara pejabat Gedung Putih mengendalikan komunikasi dan memimpin sebagian besar briefing pers terkait Corona.

"Kehadiran CDC di depan publik telah sangat berkurang ... adalah salah satu aspek yang paling mencolok dan terus terang membingungkan dari tanggapan pemerintah federal," kata Jason Schwartz, asisten profesor kebijakan kesehatan di Yale School of Public Health.

Presiden Donald Trump telah berulang kali menyampaikasn keputusan pemerintah federal, yang diumumkan pada 31 Januari, melarang warga asing manapun untuk memasuki AS. Larangan itu berlaku bagi mereka yang telah melakukan perjalanan ke China 14 hari sebelumnya. Larangan tersebut mulai berlaku pada 2 Februari. Sebelumnya, China telah memberlakukan pembatasan perjalanan dan perjalanan keluar dari daerah-daerah penyebaran Corona memang menurun drastis.

Dalam artikelnya, Schuchat mencatat bahwa hampir 2 juta pelancong tiba di AS dari Italia dan negara-negara Eropa lainnya selama Februari. Pemerintah AS tidak memblokir perjalanan dari sana hingga 11 Maret.

"Perjalanan luas dari Eropa, begitu Eropa mengalami wabah, benar-benar mempercepat kasus impor kami dan terjadi penyebaran yang cepat," katanya kepada AP. "Saya pikir waktu terbitnya peringatan perjalanan dari kita seharusnya lebih awal," ujar Schuchat.

Schuchat juga mencatat dalam artikel itu bahwa lebih dari 100 orang yang berada di sembilan kapal pesiar di Sungai Nil datang ke AS secara terpisah selama Februari dan awal Maret. Penumpangnya dinyatakan positif terkena virus. Jumlahnya hampir dua kali lipat jumlah kasus AS yang diketahui pada waktu itu.

Artikel itu ditulis dengan hati-hati, tetapi Schwartz melihatnya sebagai penyimpangan penting dari narasi Gedung Putih.

"Laporan ini tampaknya bertentangan dengan gagasan bahwa larangan perjalanan China pada akhir Januari sangat berperan dalam mengubah lintasan pandemi ini di Amerika Serikat," katanya.

Dalam artikel itu, Schuchat juga mencatat efek ledakan dari beberapa pertemuan massa pada akhir Februari, termasuk pertemuan ilmiah di Boston, perayaan Mardis Gras di New Orleans dan pemakaman di Albany, Georgia.

Pertemuan-pertemuan itu melahirkan banyak kasus, dan menyebabkan lahirnya keputusan pada pertengahan Maret untuk membatasi orang banyak.

Ditanya tentang hal itu selama wawancara, Schuchat mengatakan: "Saya pikir dalam retrospeksi, mengambil tindakan sebelumnya bisa menunda amplifikasi lebih lanjut [dari wabah di AS], atau menunda kecepatannya."

Tapi Schuchat juga mencatat ada pemahaman publik yang berkembang tentang betapa buruknya hal itu, serta perubahan aturan - termasuk perintah tinggal di rumah - yang bisa diterima masyarakat.

"Sayangnya kesediaan orang untuk menerima mitigasi menjadi lebih besar setelah mereka melihat bahaya yang dapat dilakukan oleh virus," katanya. "Akan ada perdebatan tentang apakah kita sudah mulai lebih cepat, atau apakah kita melangkah terlalu jauh."

Artikel Schuchat masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab, kata Dr. Howard Markel, seorang sejarawan kesehatan masyarakat di University of Michigan.

Itu tidak mengungkapkan proposal seperti apa yang dibuat, dan mungkin diabaikan, selama periode kritis sebelum kasus wabah di AS mulai terjadi pada akhir Februari, kata Markel.

"Saya ingin tahu ... percakapan, memo keputusan presiden," kata Markel, yang menulis buku-buku sejarah tentang pandemi masa lalu. "Karena saya masih yakin ini [semestinya] tidak perlu seburuk yang terjadi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg/staradvertiser.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper