Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zakir Naik Ungkap Fakta Lengkap Virus Corona dari Waktu ke Waktu

Pendakwah muslim Zakir Naik akhirnya berkenan membahas masalah virus corona, setelah lebih dari 3 bulan isu ini menjadi perbincangan masyarakat global.
Pendakwah muslim asal India Zakir Naik/Twitter
Pendakwah muslim asal India Zakir Naik/Twitter

Bisnis.com, JAKARTA – Pendakwah muslim Zakir Naik akhirnya berkenan membahas masalah virus corona, setelah lebih dari 3 bulan isu ini menjadi perbincangan masyarakat global.

Dalam video di kanal YouTube Dr Zakir Naik on Corona Virus berdurasi 17 menit 36 detik, dai bergelar doktor yang juga pakar ilmu perbandingan agama dengan nama asli Zakir Abdul Karim Naik ini mengungkapkan fakta tentang ditemukannya virus corona, termasuk virus corona jenis baru atau Covid-19 (Coronavirus Disease 19/Coronavirus Disease 2019).

Dia menjelaskan virus corona memiliki sekitar 20 spesies, yang mayoritas dari spesies ini tidak menginfeksi manusia.

Dia menjelaskan ada delapan spesies dari 20 spesies virus corona tersebut yang menimbulkan masalah, dan lima di antaranya hanya menimbulkan dampak yang sangat minimal kepada manusia.

“Ada tiga spesies dari virus corona itu yang berbahaya dan menimbulkan kerusakan parah kepada manusia,” katanya seperti dikutip dalam tayangan video tersebut, Rabu (29/4/2020).

Dia menerangkan virus corona pertama kali ditemukan di hewan pada 1930. Pertama kali virus ini ditemukan pada ayam, yang menyebabkan infeksi pernapasan pada ayam.

Berikutnya pada 1940 juga ditemukan virus corona pada tikus.

Pada manusia, lanjut Zakir, pertama kali ditemukan pada 1960 dan disebut human coronavirus. Dan, pertama kali kata human coronavirus muncul di media cetak pada 1968.

“Jadi, dari 20 spesies, hanya 8 yang menginfeksi manusia. Lima di antaranya sangatlah ringan dan tidak menimbulkan masalah besar bagi manusia. Tiga di antaranya yang parah,” tuturnya.

Pendakwah asal India kelahiran Mumbai 18 Oktober 1965 dalam videonya yang tayang perdana pada 26 April 2020 ini menjelaskan jenis virus corona yang berbahaya tersebut, pertama adalah SARS Coronavirus (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus/SARS CoV), yang menginfeksi saluran pernapasan dan diumumkan sebagai pandemi oleh WHO pada 2003.

Menurut Zakir, virus ini ditemukan pertama kali di China pada 2002 dan mulai menyebar luas sebagai puncaknya pada 2003, serta tidak ditemukan lagi pada 2004. SARS CoV telah menginfeksi sekitar 8.098 orang di dunia dan menyebabkan 774 orang meninggal.

Artinya, tingkat kematian akibat virus ini kurang dari 10%, yakni sekitar 9,55% tingkat kematian.

Jenis kedua adalah MERS (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) yang tersebar pada 2012. Virus MERS yang tersebar di sekitar 24 negara ini telah menginfeksi sekitar 2.494 orang di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 858 orang meninggal dalam jangka waktu 10 tahun.

Artinya, mortalitas atau tingkat kematian akibat virus MERS adalah 34,4%.

Jenis ketiga virus corona yang sangat berbahaya bagi manusia yakni Covid-19 yang juga disebut SARS CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).

Covid-19 pertama kali muncul sekitar Oktober—November 2019 dan diumumkan oleh WHO pada akhir Desember 2019.

“Informasi yang ingin saya berikan tentang Covid-29 ini, merupakan fakta yang sudah ditetapkan bahwa virus corona jenis ini adalah baru. Kita tidak tahu detail-detailnya. Belum ada pengobatan yang ditetapkan untuk ini, baru ada penelitian-penelitian yang dilakukan,” kata Zakir.

Jika mengacu pada data WHO, lanjutnya, sampai dengan 24 April 2020 pukul 2.00 CEST, ada sekitar 2,63 juta orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia, di mana 182.100 meninggal.

Namun, jika merujuk pada data Worldometers yang memberikan update setiap menitnya, pada 24 April 2020 pukul 1.58 GMT, ada sekitar 2,83 juta orang di lebih dari 185 negara yang telah terinfeksi Covid-19, dan 197.245 meninggal. Persentasenya sekitar 6,97% tingkat kematian.

“Saya tidak berkata ini akurat karena ada puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan orang yang terinfeksi Covid-19, dan karena mereka belum dites dan sebagian dari mereka tidak bergejala, jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi tentunya jauh lebih tinggi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper