Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polisi Prancis Sita 140.000 Masker Ilegal

Penyitaan ini disebut sebagai kasus terbesar di Prancis sejak pemerintah setempat melarang penjualan kembali masker.
Petugas medis dengan alat pelindung diri beristirahat selama pemindahan pasien yang terinfeksi virus corona (COVID-19) dari Strasbourg di Prancis, Senin (30/3/2020), menuju Jerman dan Swiss./Antara/Reuters
Petugas medis dengan alat pelindung diri beristirahat selama pemindahan pasien yang terinfeksi virus corona (COVID-19) dari Strasbourg di Prancis, Senin (30/3/2020), menuju Jerman dan Swiss./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Polisi Prancis menyita 140.000 masker yang akan dijual di pasar gelap, Minggu (26/4/2020).

Dilansir dari BBC, Senin (27/4), petugas menangkap seseorang yang sedang memindahkan masker-masker tersebut dari truk ke sebuah rumah di St. Denis, utara Paris, Prancis.

Masker yang disita disebut mencakup 5.000 masker dengan spesifikasi tinggi yang digunakan untuk pasien Covid-19 dan sepertiga lainnya adalah masker bedah.

Selain itu, tersangka lainnya termasuk seorang pria berusia 60 tahun, yang sudah memiliki daftar pembeli. Dia dilaporkan menjual masker-masker itu dengan harga antara 55-60 sen setelah membelinya di harga 50 sen euro di Belanda.

Tersangka lainnya berusia 46 tahun dan diduga calon pembeli sebagian masker ilegal yang ditimbun tadi.

Euronews melaporkan tersangka pertama mengaku dia menimbun ratusan ribu masker tersebut untuk dijual kepada kenalannya, seperti pekerja konstruksi, dan mendapatkan keuntungan tinggi. Di sisi lain, penyitaan ini diklaim sebagai penyitaan masker terbesar sejak Pemerintah Prancis melarang penjualan kembali produk tersebut.

Bulan lalu, sebanyak 32.500 masker dari China disita dari sebuah gudang di Saint-Ouen dan 28.800 masker lainnya ditemukan di sebuah toko di gudang grosir di Aubervilliers.

Mengacu ke data Johns Hopkins University, per Minggu (26/4), Prancis merupakan negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi keempat secara global. Tercatat ada 161.665 kasus di negara tersebut dengan jumlah kematian mencapai 22.856 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC, Euronews
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper